USAHA KECIL MENENGAH BERBASIS
PERCETAKAN
Disusun Oleh :
1.
134220050
Isthikomatul Ubudiah
2.
134220060
Mega Novita Sari
3.
134220063
Mery Janati
4.
134220065
Mifta Husaada
5.
134220066
Mithra Septia
6.
134220070
Nora Destriani
Dosen
Pembimbing:
Ahmad
Subhan, SIP.M.IP
JURUSAN
ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS
ADAB DAN BUDAYA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN
2015
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PERCETAKAN
Percetakan adalah sebuah proses industri (baik dilakukan
oleh industri berskala kecil maupun besar) untuk memproduksi secara massal
tulisan dan gambar, terutama dengan tinta di atas kertas menggunakan sebuah
mesin cetak. Percetakan juga merupakan sebuah bagian penting dalam penerbitan
dan percetakan transaksi. Di samping itu, percetakan pun tidak hanya fokus pada
cetak saja secara kasat mata, tetapi di sana mencakup berbagai tekhnik dan
jenis kegiatan yang dilakukan, seperti desain, penempatan warna yang tepat,
pengukuran jenis kertas, dan lain sebagainya.
Dalam dunia percetakan banyak banner, kartu
undangan, kartu nama, buku, koran, brosur, flyer dan majalah sekarang ini
biasanya dicetak menggunakan teknik percetakan offset. Gambar yang akan dicetak
diprint di atas film lalu ditransfer ke plat cetak. Warna-warna bisa didapatkan
dengan menimpakan beberapa pola warna dari setiap pelat offset sekaligus.
Kejelian dalam menentukan warna dan jenis kertas yang digunakan di setiap cetak
yang diinginkan, membuat hasil cetakan akan lebih bagus dan maksimal serta
profesional.
B.
SEJARAH PERCETAKAN
Percetakan yang ada saat ini tidak muncul dengan
sendirinya, tetapi dimulai oleh beberapa orang sehingga percetakan dapat
dikenal saat ini. Percetakan pertama kali ditemukan oleh masyarakat cina pada
abad 14 sehingga tak heran jika kebanyakan mesin cetak terbuat dan bermerk
berasal dari cina.
Namun sebelum itu, sejarah menuliskan
informasi tanggal dari gambar dinding gua yang berumur lebih dari 30.000 tahun.
Pada tahun 2500 B.C., orang Mesir mengukir hieroglyphics pada batu. Akan
tetapi, percetakan yang kita ketahui sekarang tidak ditemukan hingga lebih dari
sekitar 500 tahun yang lalu.
Di Eropa, sebelum percetakan ditemukan, semua
informasi yang tercatat ditulis dengan tangan. Buku-buku dengan hati-hati
disalin oleh ahli tulis (scribes) yang sering menghabiskan waktu bertahun-tahun
untuk menyelesaikan satu jilid buku. Metode ini begitu lambat dan mahal dan
hanya sedikit orang yang memiliki kesempatan atau kemampuan untuk membaca karya
yang telah selesai.
Teknik cetak pertama kali yang dikenal
dimulai dari Kota Mainz, Jerman pada tahun 1440 yang merupakan sentra kerajinan
uang logam saat itu. Pertama kali metode cetak diperkenalkan oleh Johannes
Gutenberg dengan inspirasi uang logam yang digesekkan dengan arang ke atas
kertas.
Relief uang logam menimbulkan ide untuk
membuat permukaan dengan tinggi bervariasi. Hal ini dikenal dengan nama cetak
tinggi. Dan sampai saat ini, perkembangan dunia percetakan semakin canggih
dengan jenis mesin dan kertas yang memudahkan para pebisnis dunia percetakan
dalam menjalankan kegiatannya. Tidak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk
menghasilkan cetakan yang diinginkan, baik untuk cetak kartu
undangan, invoice atau bon
bisnis Anda, maupun jenis cetak lainnya.
Pada akhir dekade 70an, di Indonesia terdapat sekitar
1.700 perusahaan percetakan. Demikian catatan keanggotaan Persatuan Perusahaan
Grafika Indonesia (PPGI) yang sempat dikutip Eduard Kimman dalam tesisnya, yang
dibukukan tahun 1981. Dengan pertimbangan banyaknya percetakan kecil yang tidak
terdaftar di PPGI, Eduard memerkirakan pada saat itu ada sekitar 15.000
percetakan di Indonesia. Kini? Ketua PPGI, Fauzi Lubis, menyebutkan bahwa
anggota PPGI ada sekitar 6.000. Jumlah sesungguhnya? Pasti jauh lebih besar,
tapi tidak ada yang mencatat rapih, tidak Percetakan Negara, tidak juga PPGI.
Yang jelas, dunia percetakan adalah bisnis yang berkembang sangat pesat.
Selepas tahun 1949, para penerbit pribumi mengeluhkan
bahwa di Jakarta hanya terdapat dua percetakan yang dimiliki orang Indonesia
asli, selebihnya milik warga Belanda. Tahun 1950, terjadi perubahan drastis.
Jumlah percetakan milik pribumi di ibukota meningkat menjadi 23, beda 1 angka
di belakang Belanda (yang memiliki 24 percetakan), sementara warga Tionghoa memiliki
nyaris 4 kali lipat (86 percetakan). Sehabis itu, jumlah percetakan di
Indonesia terus meningkat hingga kini.
C.
PERCETAKAN
DI INDONESIA
Dibawa oleh Belanda Hadirnya percetakan di Indonesia
bermula dari kedatangan Belanda (tiba tahun 1596) dan erat hubungannya dengan
VOC. Tahun 1624, misionaris Gereja Protestan
Belanda memerkenalkan percetakan di Hindia Belanda
dengan membeli sebuah mesin cetak dari Belanda untuk menerbitkan literatur
Kristen dalam bahasa daerah, sehubungan dengan keperluan penginjilan. Tapi
mesin cetak itu menganggur, karena tak ada tenaga operator untuk
menjalankannya. Baru pada tahun 1659 (35 tahun kemudian), Kornelis Pijl
memrakarsai percetakan dengan memroduksi sebuah Tijtboek, yakni sejenis
almanak, atau “buku waktu”. Perkembangan percetakan di Indonesia erat sekali
dengan sejarah perjalanan surat kabar. Berikut beberapa catatan waktu
perjalanan percetakan di Indonesia…
1667:
Pemerintah pusat berinisiatif mendirikan percetakan dan memesan alat cetak yang lebih baik, termasuk matriks yang menyediakan berbagai jenis huruf.
Pemerintah pusat berinisiatif mendirikan percetakan dan memesan alat cetak yang lebih baik, termasuk matriks yang menyediakan berbagai jenis huruf.
1668:
Hendrik Brant mencetak dokumen sebagai produk pertama percetakan pemerintah, yaitu Perjanjian Bongaya antara Laksamana Cornelis Speelman dan Sultan Hasanuddin di Makasar yang ditandatangani 15 Maret 1668. Hendrik Brant pada Agustus 1668 mendapat kontrak mencetak dan menjilid buku atas nama VOC dengan upah 86 dolar yang dibayar dengan cara mencicil. Kontrak berakhir 16 Februari 1671
Hendrik Brant mencetak dokumen sebagai produk pertama percetakan pemerintah, yaitu Perjanjian Bongaya antara Laksamana Cornelis Speelman dan Sultan Hasanuddin di Makasar yang ditandatangani 15 Maret 1668. Hendrik Brant pada Agustus 1668 mendapat kontrak mencetak dan menjilid buku atas nama VOC dengan upah 86 dolar yang dibayar dengan cara mencicil. Kontrak berakhir 16 Februari 1671
1671:
VOC menandatangani kontrak baru dengan Pieter Overtwaver dan tiga pegawai Kompeni lainnya (Hendrick Voskens – punch cutter, Piet Walbergen – type-founder, dan Aernout Kemp – ahli cetak) untuk percetakan yang bernama Boeckdrucker der Edele Compagnie (pencetak buku Kompeni). Kontrak berakhir 1695.
VOC menandatangani kontrak baru dengan Pieter Overtwaver dan tiga pegawai Kompeni lainnya (Hendrick Voskens – punch cutter, Piet Walbergen – type-founder, dan Aernout Kemp – ahli cetak) untuk percetakan yang bernama Boeckdrucker der Edele Compagnie (pencetak buku Kompeni). Kontrak berakhir 1695.
1677:
Dokumen dengan kosa kata Belanda-Melayu pertama kali dicetak.
Dokumen dengan kosa kata Belanda-Melayu pertama kali dicetak.
1693:
Dokumen New Testament dicetak dalam bahasa Portugis.
Dokumen New Testament dicetak dalam bahasa Portugis.
1699:
Pendeta Andreas Lambertus Loderus mengambiil alih Boeckdrucker der Edele Compagnie untuk didayagunakan secara maksimal. Banyak karya penting dalam bahasa Belanda, Melayu dan Latin lahir dari percetakannya, termasuk sebuah kamus Latin-Belanda-Melayu yang disusun oleh Loderus sendiri.
Pendeta Andreas Lambertus Loderus mengambiil alih Boeckdrucker der Edele Compagnie untuk didayagunakan secara maksimal. Banyak karya penting dalam bahasa Belanda, Melayu dan Latin lahir dari percetakannya, termasuk sebuah kamus Latin-Belanda-Melayu yang disusun oleh Loderus sendiri.
1718:
Pemerintah pusat mendirikan percetakan sendiri di Kasteel Batavia (kasteel = benteng, Batavia saat itu adalah kota yang dikelilingi benteng) untuk kepentingan mencetak dokumen-dokumen resmi.
Pemerintah pusat mendirikan percetakan sendiri di Kasteel Batavia (kasteel = benteng, Batavia saat itu adalah kota yang dikelilingi benteng) untuk kepentingan mencetak dokumen-dokumen resmi.
1743:
Seminarium Theologicum di Batavia memeroleh satu unit alat percetakan. Pernah menerbitkan Perjanjian Baru (bagian dari kitab suci agama Kristen, red) dan beberapa buku doa dalam terjemahan Melayu. Tahun 1755 percetakan tersebut dipaksa bergabung dengan Percetakan Benteng.
Seminarium Theologicum di Batavia memeroleh satu unit alat percetakan. Pernah menerbitkan Perjanjian Baru (bagian dari kitab suci agama Kristen, red) dan beberapa buku doa dalam terjemahan Melayu. Tahun 1755 percetakan tersebut dipaksa bergabung dengan Percetakan Benteng.
1744:
Surat kabar tercetak pertama bernama Batavia Nouvelles lahir dari Percetakan Benteng yang dikelola oleh Jan Erdman Jordens, tepatnya pada 8 Agustus 1744. Hanya terdiri dari selembar kertas berukuran folio, yang kedua halamannya masing-masing berisi 2 kolom. Isinya memuat maklumat pemerintah, iklan dan pengumuman lelang. Pembaca bisa mendapatkannya setiap Senin dari Jan Abel, perusahaan penjilidan milik Kompeni di Benteng. Sebuah sumber menyebutkan, koran pada saat itu ditulis tangan.
Surat kabar tercetak pertama bernama Batavia Nouvelles lahir dari Percetakan Benteng yang dikelola oleh Jan Erdman Jordens, tepatnya pada 8 Agustus 1744. Hanya terdiri dari selembar kertas berukuran folio, yang kedua halamannya masing-masing berisi 2 kolom. Isinya memuat maklumat pemerintah, iklan dan pengumuman lelang. Pembaca bisa mendapatkannya setiap Senin dari Jan Abel, perusahaan penjilidan milik Kompeni di Benteng. Sebuah sumber menyebutkan, koran pada saat itu ditulis tangan.
1745:
Surat kabar Batavia Nouvelles dihentikan penerbitannya (20 Juni 1746) atas permintaan Dewan Direktur VOC kepada Gubernur Jenderal, karena surat kabar yang berorientasi iklan dan berisi informasi tentang kondisi perdagangan di Hindia Belanda dikhawatirkan bisa dimanfaatkan oleh pesaing Eropa.
Surat kabar Batavia Nouvelles dihentikan penerbitannya (20 Juni 1746) atas permintaan Dewan Direktur VOC kepada Gubernur Jenderal, karena surat kabar yang berorientasi iklan dan berisi informasi tentang kondisi perdagangan di Hindia Belanda dikhawatirkan bisa dimanfaatkan oleh pesaing Eropa.
1761:
Mulai diberlakukan peraturan percetakan pertama yakni “Reglement voor de Drukkerijen te Batavia” (Juni 1761) di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal A. van der Parra.
Mulai diberlakukan peraturan percetakan pertama yakni “Reglement voor de Drukkerijen te Batavia” (Juni 1761) di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal A. van der Parra.
1776:
Surat kabar Vendu Niews (VN) diterbitkan oleh L. Dominicus. Ini adalah surat kabar pertama yang bersentuhan dengan orang Indonesia, tiga dasawarsa setelah Bataviase Nouvelles mati. VN merupakan media iklan mingguan, terutama mengenai berita lelang, juga maklumat penjualan sejumlah perkebunan besar dan beberapa iklan perdagangan. Dikenal oleh masyarakat sebagai “soerat lelang”.
Surat kabar Vendu Niews (VN) diterbitkan oleh L. Dominicus. Ini adalah surat kabar pertama yang bersentuhan dengan orang Indonesia, tiga dasawarsa setelah Bataviase Nouvelles mati. VN merupakan media iklan mingguan, terutama mengenai berita lelang, juga maklumat penjualan sejumlah perkebunan besar dan beberapa iklan perdagangan. Dikenal oleh masyarakat sebagai “soerat lelang”.
1785:
Percetakan Kota dilarang keras mencetak apapun tanpa izin sensor. Penyensoran mulai dilaksanakan di Hindia Belanda pada 1668.
Percetakan Kota dilarang keras mencetak apapun tanpa izin sensor. Penyensoran mulai dilaksanakan di Hindia Belanda pada 1668.
1809:
Surat kabar Vendu Niews menghentikan penerbitan pada masa pemerintahan Jenderal Herman Willem Daendels (1808 – 1811).
Surat kabar Vendu Niews menghentikan penerbitan pada masa pemerintahan Jenderal Herman Willem Daendels (1808 – 1811).
Di tahun yang sama, Daendels membeli
Percetakan Kota dan menggabungkannya dengan Percetakan Benteng menjadi
Landsdrukkerij, yang sekarang bernama Percetakan Negara. Sebelum namanya
menjadi Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) pada tahun 1950, Perum PNRI
telah mengalami beberapa kali perubahan nama. 1942, namanya Gunseikanbu Inatsu
Koja (GIK), 1945 berubah lagi menjadi Percetakan Republik Indonesia (PRI), lalu
melalui Peraturan Pemerintah no. 46 Tahun 1991, PNRI menjadi Perusahaan Umum
(Perum). Percetakan Negara masih eksis hingga kini.
1810:
15 Januari 1810 terbit edisi pertama mingguan resmi pemerintah, Bataviasche Koloniale Courant yang diasuh oleh Profesor (Kehormatan) Ross, pendeta komunitas Belanda di Batavia sejak 1788. Isinya memuat juga iklan, mulai dari tali sepatu hingga budak belian. Penerbitan berhenti 2 Agustus 1811, persis seminggu sebelum Batavia jatuh ke tangan Inggris.
15 Januari 1810 terbit edisi pertama mingguan resmi pemerintah, Bataviasche Koloniale Courant yang diasuh oleh Profesor (Kehormatan) Ross, pendeta komunitas Belanda di Batavia sejak 1788. Isinya memuat juga iklan, mulai dari tali sepatu hingga budak belian. Penerbitan berhenti 2 Agustus 1811, persis seminggu sebelum Batavia jatuh ke tangan Inggris.
1812:
29 Februari 1812, pemerintahan yang baru (Inggris) menerbitkan Java Government Gazette, mingguan yang sebagian besar berbahasa Inggris, dicetak oleh A.H. Hubbard.
29 Februari 1812, pemerintahan yang baru (Inggris) menerbitkan Java Government Gazette, mingguan yang sebagian besar berbahasa Inggris, dicetak oleh A.H. Hubbard.
1816:
Java Government Gazette berhenti bersamaan dengan kembalinya Belanda. 20 Agustus 1816 pemerintah Belanda menggantikannya dengan Bataviasche Courant yang berganti nama menjadi Javasche Courant 12 tahun kemudian.
Java Government Gazette berhenti bersamaan dengan kembalinya Belanda. 20 Agustus 1816 pemerintah Belanda menggantikannya dengan Bataviasche Courant yang berganti nama menjadi Javasche Courant 12 tahun kemudian.
1831:
Muncul surat kabar partikelir pertama. Ini terlambat, mengingat kendalanya adalah kesulitan mendapatkan alat untuk membuat huruf timah. Tapi yang lebih penting dari itu adalah ketiadaan tenaga (kompositor) terampil. Karena itu percetakan misionaris menjadi satu-satunya percetakan non pemerintah yang bergiat dalam cetak-mencetak selama abad ke-18.
Muncul surat kabar partikelir pertama. Ini terlambat, mengingat kendalanya adalah kesulitan mendapatkan alat untuk membuat huruf timah. Tapi yang lebih penting dari itu adalah ketiadaan tenaga (kompositor) terampil. Karena itu percetakan misionaris menjadi satu-satunya percetakan non pemerintah yang bergiat dalam cetak-mencetak selama abad ke-18.
1855:
Surat kabar pertama berbahasa Jawa terbit di Surakarta sekali seminggu, namanya Bromartani. Diterbitkan oleh perusahaan kongsi Belanda, Harteveldt & Co.
1910:
Di Jakarta terbit surat kabar nasional yang pertama, Medan Prijaji.
1921-1922:
Pabrik kertas pertama, N. V. Papier Fabriek Padalarang, dibangun di Padalarang dengan kapasitas produksi 9 ton per hari.
Surat kabar pertama berbahasa Jawa terbit di Surakarta sekali seminggu, namanya Bromartani. Diterbitkan oleh perusahaan kongsi Belanda, Harteveldt & Co.
1910:
Di Jakarta terbit surat kabar nasional yang pertama, Medan Prijaji.
1921-1922:
Pabrik kertas pertama, N. V. Papier Fabriek Padalarang, dibangun di Padalarang dengan kapasitas produksi 9 ton per hari.
1939-1940:
Pabrik kertas kedua dibangun di Jawa Timur, dekat daerah Letjes, Probolinggo, oleh pemilik pabrik yang sama dengan yang di Padalarang.
Pabrik kertas kedua dibangun di Jawa Timur, dekat daerah Letjes, Probolinggo, oleh pemilik pabrik yang sama dengan yang di Padalarang.
1949:
Di Jakarta hanya terdapat 2 mesin
printing yang dimiliki oleh warga pribumi. Percetakan milik warga asing hanya
berproduksi untuk kepentingannya saja.
1950:
Jumlah perusahaan percetakan nasional (milik pribumi) di Jakarta meningkat menjadi 23 buah. 24 lainnya dimiliki warga asing (Belanda), sementara 86 lagi dimiliki warga Tionghoa.
Jumlah perusahaan percetakan nasional (milik pribumi) di Jakarta meningkat menjadi 23 buah. 24 lainnya dimiliki warga asing (Belanda), sementara 86 lagi dimiliki warga Tionghoa.
1951:
Dari data resmi, terdapat 150 perusahaan percetakan di Jawa Timur (75 di Surabaya, 18 di Malang, dan sisanya tersebar di daerah dan sekitarnya).
Dari data resmi, terdapat 150 perusahaan percetakan di Jawa Timur (75 di Surabaya, 18 di Malang, dan sisanya tersebar di daerah dan sekitarnya).
1953-1954:
Percetakan Negara melakukan proyek modernisasi percetakan yang ambisius dengan membeli sebuah mesin web-offset 4 warna.
Percetakan Negara melakukan proyek modernisasi percetakan yang ambisius dengan membeli sebuah mesin web-offset 4 warna.
1969:
Pemerintah Belanda bekerja sama dengan Departemen Pendidikan & Kebudayaan Indonesia mendirikan institusi pendidikan dan pelatihan SDM di bidang grafis, Pusat Grafika Indonesia (Pusgrafin) di Jakarta. Antara tahun 1969-1978, sekitar 2.000 orang mengikuti kursus composing, printing, binding, machine maintenance, lay-out, management, dll.
Pemerintah Belanda bekerja sama dengan Departemen Pendidikan & Kebudayaan Indonesia mendirikan institusi pendidikan dan pelatihan SDM di bidang grafis, Pusat Grafika Indonesia (Pusgrafin) di Jakarta. Antara tahun 1969-1978, sekitar 2.000 orang mengikuti kursus composing, printing, binding, machine maintenance, lay-out, management, dll.
1970-an:
Industri percetakan di seluruh dunia berganti ke teknologi offset. Dua perusahaan percetakan Cina terbesar, Sin Po dan Keng Po membeli mesin cetak rotasi untuk koran yang tetap digunakan hingga 1970-an. Surat kabar Sinar Harapan (sejak 1961) dan Kompas (sejak 1965) pernah menggunakan fasilitas mesin printer ini hingga mereka memiliki mesin cetak sendiri di tahun 1970-an.
Industri percetakan di seluruh dunia berganti ke teknologi offset. Dua perusahaan percetakan Cina terbesar, Sin Po dan Keng Po membeli mesin cetak rotasi untuk koran yang tetap digunakan hingga 1970-an. Surat kabar Sinar Harapan (sejak 1961) dan Kompas (sejak 1965) pernah menggunakan fasilitas mesin printer ini hingga mereka memiliki mesin cetak sendiri di tahun 1970-an.
1976:
Sebanyak 385 mesin cetak offset diimpor ke Indonesia.
Sebanyak 385 mesin cetak offset diimpor ke Indonesia.
1992:
Teknologi computer to film (CTF) masuk ke Indonesia. Awalnya hanya percetakan-percetakan besar saja yang memilikinya. 1995, percetakan-percetakan menengah dan kecil mulai mengadopsi. Hingga tahun 1997, penggunaan CTF bisa dibilang sudah merata.
Teknologi computer to film (CTF) masuk ke Indonesia. Awalnya hanya percetakan-percetakan besar saja yang memilikinya. 1995, percetakan-percetakan menengah dan kecil mulai mengadopsi. Hingga tahun 1997, penggunaan CTF bisa dibilang sudah merata.
2000:
Masuknya teknologi computer to plate (CTP) mulai menggeser CTF dan ikut berdampak pada menurunnya bisnis repro. Sampai sekarang kurang lebih terdapat 70 mesin CTP di Indonesia. Dulu merek-merek yang terkenal untuk mesin ini adalah Heidelberg dan AGFA. Sekarang sudah mulai banyak pemain baru, seperti Screen, Scitex dan Basys Print. Perkembangan terakhir di Indonesia:
Masuknya teknologi computer to plate (CTP) mulai menggeser CTF dan ikut berdampak pada menurunnya bisnis repro. Sampai sekarang kurang lebih terdapat 70 mesin CTP di Indonesia. Dulu merek-merek yang terkenal untuk mesin ini adalah Heidelberg dan AGFA. Sekarang sudah mulai banyak pemain baru, seperti Screen, Scitex dan Basys Print. Perkembangan terakhir di Indonesia:
Saat ini percetakan besar di
Indonesia sudah mulai mengadopsi teknologi computer to press berupa direct
imaging (memakai master) dan computer to print (tanpa master) yang banyak
menggunakan teknologi mesin digital printing. Salah satu mesin cetak yang
terkenal di kelas ini adalah HP Indigo. Bahkan percetakan-percetakan kini sudah
melengkapi peralatannya tidak hanya untuk urusan pre-press, tapi juga post
press (proses finishing seperti cutting, binding, folding, stiching, embossing,
dan lain-lain), sehingga percetakan menjadi bisnis one-stop service yang makin
berkemban
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan teori
yang sudah dijelaskan diatas penulis melakukan penelitian mengenai usaha kecil menengah berbasis percetakan,
berikut uraian hasil penelitian kami:
PERCETAKAN
KEMAS AGUNG
Percetakan
ini awalnya didirikan di Jl. AM. Amin pada tahun 2003 yang mana mengambil nama
dari pemiliknya adalah Dani Kemas yang merupakan suami dari ibu Lili Ratna Puri
yang juga merupakan pemilik percetakan Kemas Agung. Sedangkan nama Agung
diambil dari kota asal ibu Ranti yaitu Kota Kayu Agung.
Selama
berdiri percetakan ini pelanggan kurang mengenali percetakan ini karena kendala
tempatnya yang kurang strategis dan masuk kedalam lorong sehingga menyulitkan
pelanggan untuk tahu tempat percetakan ini. Namun, akhirnya pada tahun 2013
percetakan ini pindah ke sebuah toko
yang lebih bagus dan stategis tepatnya di pinggir jalan berseberangan dengan SD
146 dan sebelum SMP N 2 Palembang. Hal inilah yang menyebabkan peluang lebih
terbuka dan mudah dikenali. Alasan mengapa mendirikan usaha percetakan ini
ketika di tanya Bu Ranti menjawab karena ia dulunya bekerja di bidang
percetakan sendiri, kemudian setelah selesai bekerja dari tempat kerja ia
membuka usaha percetakan ini dan di dukung oleh suaminya Pak Kemas. Mesin yang
digunakan untuk mencetak adalah mesin merek Xerox.
Awalnya
percetakan ini hanya dikelola oleh pendirinya saja yaitu Pak Kemas dan bu Ranti
karna keterbatasan pelanggan yang menyewa jasa percetakan mereka. Namun ketika ada
musim pernikahan atau musim kampanye pemasokan percetakan ini meningkat drastis
sehingga memungkinkan membutuhkan pegawai yang banyak guna memenuhi kebutuhan
pelanggan. Kurang lebih pegawai yang bekerja di percetakan ini selama
musim-musim yang berkembang dimasyarakat bisa mencapai 13 orang. Tetapi jika
musim tidak ada seperti musim pernikahan maka pegawai yang bekerja di
percetakan ini hanya 3 orang saja. Musim- musim seperti itu bisa di prediksi
seperti musim pernikahan menjelang sesudah lebaran biasanya banyak orang yang
akan memakai jasa percetakan ini untuk memesan undangan.
Percetakan
ini awalnya hanya bergerak di bidang cetak undangan, yasin , majalah tetapi
setelah lama berdiri akhirnya percetakan ini membuka percetakan untuk buku
juga. Berbeda dengan percetakan lainnya, percetakan ini mementingkan kualitas
yang bagus serta harga yang terjangkau yang ditawarkan. Design undangannya di
buat sendiri oleh pak Kemas yang mempunyai keahlian di bidang seni grafis atau
design yang dipelajarinya selama ia duduk dibangku kuliah. Berikut contoh
undangan yang di design sendiri oleh Pak Kemas
Ada
cerita yang menarik dibalik mengapa kami memilih percetakan ini sebagai sumber
penelitian kami. Karena sebelum ini kami hendak meneliti toko-toko buku yang
ada di kota palembang. Ada kejadian yang kurang menyengkan yang kami alami
ketika melakukan penelitian di toko buku tersebut. Ketika itupun kami tidak
putus asa untuk melakukan penelitian kembali. Akhirnya kami memutuskan untuk
berjalan menyusuri jalan A.M Amin dan pilihan kami jatuh kepada percetakan
Kemas Agung yang mana dengan terbuka menerima kami agar dapat melakukan
penelitian di percetakannya. Seperti halnya artikel yang kami sajikan dibawah
ini dapat memberikan gambaran terhadap kejadian yang kami alami dan apa yang seharusnya
dilakukan oleh seorang pengusaha tau pegawai yang ingin menarik minat
pegawainya
Senyuman untuk pelanggan
Bandingkan
dua mimik wajah berikut: senyum dan cemberut. Reaksi orang yang melihat kedua
ekspresi ini akan memiliki persepsi yang berbeda. Orang yang sedang tersenyum
lepas, memiliki kekuatan untuk membuat orang lain merasa senang dan tanpa
beban. Bila seseorang melihat orang lain sedang cemberut, biasanya cenderung
menjauhinya. Walaupun, juga ada yang menghampirinya untuk mencari tahu kenapa
orang itu cemberut.
Begitu pula
saat Anda berinteraksi dengan orang lain dalam berbisnis, senyuman bisa
melanggengkan transaksi Anda. Anda menunjukkan sikap ramah yang membuat
konsumen merasa aman dan nyaman membelanjakan uangnya demi produk Anda. Bisa
jadi, produk Anda sebenarnya hampir sama spesifikasinya dengan produk pesaing
Anda. Namun, ketika Anda merespon konsumen dengan mendekati sifat humanity-nya,
maka konsumen akan memperoleh kepuasan yang berujung pada loyalitas.
Senyuman juga
akan berimplikasi positif pada psikologis Anda. Senyuman itu mampu menciptakan
kegembiraan, membuat suasana menjadi ceria, membantu mengembangkan keinginan
yang baik dalam bisnis, membangkitkan semangat, dan mempererat hubungan dengan
orang lain. Dan, dengan tersenyum, Anda dapat mengatur perasaan. Sehingga, Anda
menjadi lebih bersemangat dan dimampukan untuk melayani pelanggan dengan lebih
baik, atau menjual dengan efektif.
Tidak asal
tersenyum, lho. Anda harus melakukan senyuman itu dengan ketulusan yang muncul
dari balik hati Anda. Jamil Azzaini seorang inspirator yang sukses dengan buku
Kubik Leadership, memberikan tips senyum tulus yang dinamai dengan “Senyum
227″. Caranya, saat tersenyum, tarik ke atas sudut bibir kiri sepanjang
dua centi, sudut bibir kanan dua centi, dan kembangkan selama tujuh detik
lamanya. Senyum seperti ini yang disebut Jamil Azzaini dengan senyum yang
tulus. Dan, bukan senyum basa-basi seperti senyum service excellent
menurut SOP (Standard Oprational Procedure) belaka.
Tjantana Jusman
mengatakan, salah satu faktor penentu kesuksesan layanan pelanggan di banyak
perusahaan ternyata adalah keramahan yang terpancar dari balik senyuman para
karyawannya. Dari segi perasaan, senyum adalah obat yang paling mujarab untuk
mengatasi kekurangberuntungan hati dan jiwa, bahkan perang. Dengan senyum,
dapat menghilangkan kesedihan, gundah gulana, gelisah, dan keresahan. Saat Anda
mendapati banyak persoalan yang membelit pikiran Anda, cobalah tersenyum tulus.
Maka, Anda bisa bisa merasakan beban tersebut menjadi lebih ringan.
Aktivitas
tersenyum sering pula dilakukan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam.
Kehidupan Rasulullah senantiasa dihiasi dengan senyuman. Para sahabat adalah
saksi kehidupan yang penuh dengan senyuman. Abdullah bin Al-Harits
radliallahu’anhu menuturkan, yang artinya, “Tidak pernah aku melihat
seseorang yang lebuh banyak tersenyum daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam.” (Riwayat At-Tirmidzi). Dalam sebuah riwayat disebutkan pula, “Belum
pernah aku menemukan orang yang paling banyak tersenyum seperti halnya
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam.” (Riwayat At-Tirmidzi).
Senyum
mempunyai banyak manfaat dalam membantu pelayanan Anda kepada konsumen.
Beberapa manfaat senyum yang dikaitkan dengan pelayanan, antara lain:
a. Senyum
Membuat Anda Menjadi Terlihat Lebih Menarik
Dengan
tersenyum untuk orang lain akan membuat penampilan Anda menjadi lebih menarik.
Karena, penampilan rapi dan menarik merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
keberhasilan suatu pelayanan. Jika Anda berpenampilan buruk dan berkesan
asal-asalan, maka konsumen juga tidak akan mau untuk berhubungan dengan Anda.
Penampilan yang rapi memang diperlukan. Namun, meski penampilan Anda terlihat
begitu menarik, bila selalu memasang muka masam maka layanan yang Anda lakukan
tidak akan pernah berhasil. Karena itu, disamping penampilan yang rapi, senyum
tetap diperlukan agar penampilan Anda terlihat lebih menarik
b. Senyum
Membuat Anda Terlihat Lebih Sukses
Calon
konsumen akan merasa lebih percaya akan kualitas pelayanan yang Anda tawarkan,
jika Anda terlihat begitu yakin dan berpenampilan layaknya seseorang yang
sukses. Selain penampilan yang prima, gaya yang meyakinkan, dan tata bahasa
yang baik, senyum memang perlu dilakukan untuk membuat seseorang terkesan lebih
sukses. Karena, penampilan yang berkesan sukses dan meyakinkan, biasanya
menambah kepercayaan konsumen kepada pelayanan yang disediakan oleh perusahaan.
c. Senyum Membuat Anda Cenderung Berpikir Positif
Jika Anda
tersenyum, maka hati juga akan merasa lebih senang dan sanggup menerima segala
keadaan yang ada. Dalam menjalankan pelayanan kepada konsumen, terkadang Anda
juga menerima perlakuan yang tidak menyenangkan. Namun, jika kita berusaha
untuk ikhlas dan tetap tersenyum serta tidak terus menggerutu, maka hal
tersebut akan membantu Anda senantiasa berpikir positif menghadapi segala
kenyataan yang ada. Selanjutnya, Anda akan sanggup untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan konsumen. Konsumen pun akan merasakan bahwa pelayanan
yang diberikan oleh perusahaan Anda sangat memuaskan.
d.
Senyum Mengubah Mood Seseorang
Dalam
menyediakan pelayanan, terkadang Anda mengalami hal yang tidak menyenangkan
dari konsumen. Apalagi, jika konsumen itu sedang dalam mood yang tidak
baik. Senyum merupakan cara yang efektif untuk menjernihkan keadaan yang ada.
Karena, ketika Anda tidak terjebak dengan mood konsumen yang lagi
buruk dan tetap tersenyum padanya, maka hal itu dapat menjernihkan keadaan yang
ada dan mengubah mood konsumen yang awalnya buruk menjadi lebih baik.
Sehingga, dia akhirnya akan merasakan kepuasan ketika memanfaatkan pelayanan
dari perusahaan Anda.
Senyum adalah
lambang optimisme, simpati, empati, keceriaan, berpikir positif, persahabatan
dan sikap-sikap positif lainnya. Tidak ada salahnya kan bila Anda selalu
menyempatkan bibir Anda untuk selalu tersenyum? Selain Anda akan lebih mudah
bergaul dengan para konsumen Anda, senyuman bisa menjadi awal dari
kerberhasilan bisnis Anda. Tersenyumlah. (Ilham/berbagai sumber)
Sumber: Majalah Pengusaha Muslim Edisi Mei 2010
Sumber: Majalah Pengusaha Muslim Edisi Mei 2010
Artikel www.PengusahaMuslim.com
DAFTAR PUSTAKA
http://percetakanku.co.id/napak-tilas-percetakan-di-indonesia/
di akses pada tanggal17/06/15 pukul 06:22 WIB.
http://orsemaproduction.com/pengertian-dan-sejarah-percetakan/
diakses pada tanggal 17/06/15 pukul 06:15 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar