Senin, 15 Desember 2014

MAKALAH ANTROPOLOGI (SISTEM MATA PENCAHARIAN)

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Dewasa ini kebudyaan merupakan hal yang sudah mulai luntur di kalangan masyarakat suatu daerah tertentu. Kebudayaan yang merupan hasil cipta, karsa, dan rasa menurut Koentjaraningrat (1976:28). Kebudayaan dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbeda-beda. Wujud kebudayaan yang jumlahnya cukup banyak itu terbagi ke dalam beberapa unsur kebudayaan secara universal yang antara lain adalah sistem kepercayaan (religi), sistem pengetahuan,  mata pencaharian, peralatan dan perlengkapan hidup manusia, sistem kemasyarakatan, bahasa, dan kesenian. Sistem mata pencaharian serta peralatan dan perlengkapan hidup manusia merupakan wujud kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan
Untuk menunjang kehidupan setiap masyarakat pasti memiliki mata pencaharian utama, sehingga terdapat kelompok suku bangsa atau komunitas wilayah tertentu memiliki mata pencaharian yang khas dibandingkan dengan wilayah lainnya sebagai identitas warganya. Sistem mata pencaharian hidup merupakan sumber kegiatan ekonomi masyarakatnya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari untuk melangsungkan kehidupannya. Setiap manusia wajib memiliki sistem mata pencaharian demi kesejahteraan hidup di masyarakat serta untuk memiliki kelas atau kedudukan tinggi jika mata pencahariannya cenderung lebih baik. Namun di satu sisi, suatu wilayah tertentu masyarakatnya memiliki mata pencaharian yang masih tergolong sederhana dalam upaya pemenuhan kehidupannya, seperti bertani, berladang, dan beternak atau budidaya. Selain adanya sistem mata pencaharian pada komunitas masyarakat tertentu juga terdapat hal-hal turut mendorong atau untuk pemenuhan kebutuhan, yaitu sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup merupakan media atau sarana untuk mencapai kesejahteraan hidup dan merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan itu sendiri. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia merupakan hasil dari budaya yang ditemukan sejak lama atau bahkan turun temurun digunakan oleh suatu masyarakat dan sifatnya ada yang masih tradisional. Peralatan dan perlengkapan hidup yang masih tradisional bisa digunakan manusia karena sifat turun temurun untuk melestarikan bentuk, wujud, estetika (keindahan), dan nilai guna barang atau peralatan tersebut.
Pada suatu daerah tertentu, system mata pencaharian dan system peralatan atau perlengkapan hidup manusia masih tergolong tradisional dan dilestarikan karena ditemukan oleh leluhurnya maupun karena bersifat turun temurun yang sejak lama sudah ada. Di  Kota Palembang tepatnya dilingkungan  IAIN Raden Fatah. Unsur kebudayaan dari sistem mata pencaharian dan sistem perlengkapan atau peralatan hidupnya sudah modern karena,  di wilayah kota Palembang sendiri sudah sangat jarang ditemui sistem pencaharian yang masih tradisioanal, apalagi di daerah Rawa Jaya maupun daerah lainnya yang berdekatan dengan IAIN Raden Fatah Palembang. Yang pastinya dengan adanya instansi pendidikan seperti ini, akan mempengaruhi sistem mata pencaharian masyarakat yang ada dilingkungan tersebut. Oleh sebab itu penulis tertarik membuat karya ilmiah yang berjudul “ ADA APA DENGAN KOS-KOSAN?: (Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Di Lingkungan Wilayah IAIN Raden Fatah Palembang” )

B.            Rumusan Masalah
1.    Apakah dampak yang ditimbulkan oleh adanya instansi pendidikan seperti, IAIN Raden Fatah Palembang terhadap mata pencaharian masyarakat sekitar? 
2.    Kenapa masyarakat memilih mata pencaharian dengan cara membuka kos-kosan di sekitar  wilayah  IAIN Raden Fatah Palembang?
C.           Tujuan Penulisan
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi dari dosen yang bersangkutan, 
2.      Mengetahui ruang lingkup Sistem mata pencaharian dan sistem perlengkapan atau peralatan hidup.
3.      Mengetahui sistem mata pencaharian yang ada di lingkungan wilayah IAIN Raden  Fatah Palembang

D.           Metode dan Teknik Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan metode observasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Teknik Pengamatan Langsung, Pada teknik ini penulis terjun langsung meneliti ke lapangan untuk mengetahui bagaimana proses yang terjadi didalam sistem mata pencahariaan.
2.      Teknik Wawancara, Tujuan dari teknik wawancara ini adalah agar diperoleh gambaran yang lebih mengenai kasus yang dibahas. Responden meliputi masyrakat yang mendirkan kos-kosan dan para mahasiswa.
3.      Studi Pustaka, Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan penulisan karya ilmiah serta yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
E.            Sistematika Penulisan
Pada karya ilmiah ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian di lapangan dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta sistematika penulisan. Bab selanjutnya, penulis melakukan penelitian lapangan.

F.                 Manfaat Penulisan
1.      Bagi penulis, diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru tentang, bagaimana bentuk sistem mata pencaharian di wilayah kampus IAIN Raden Fatah Palembang.
2.      Bagi pembaca, diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang sistem mata pencaharian yang ada di lingkungan wilayah kampus IAIN Raden Fatah Palembang. 





BAB II
PEMBAHASAN

A.           Unsur-unsur Kebudayaan
Para sarjana antropologi yang biasa menanggapi suatu kebudayaan (misalnya kebudayaan Minangkabau, Kebudayaan Bali, atau kebudayaan Jepang) sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi, ketika hendak menganalisis membagi keseluruhan itu kedalam unsur-unsur besar yng disebut “unsur-unsur kebudayaan universal” atau cultural universal. Istilah universal itu menunjukkan bahwa unsur-unsur tadi bersifat universal, jadi unsur-unsurbtadi ada dan bisa didapatkan didalma sebuah kebudayaan dari semua bangsa di mana pun di dunia. Mengenai definisi cultural universal, ada beberapa pandangan yang berbeada diantara para sarjana antropologi. Berbagai pandangan yang berbeda itu serta alasan perbedaannya diuraikan oleh C. Kluckhohn dalam sebuah karangan yang berjudul Universal Categories of Culture (1953). Dengan mengambil sari dari berbagai kerangka tentang unsur-unsur kebudayaan universal yang disusun oleh beberapa sarjana antrolpologi itu, maka penulis berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa didunia. Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan didunia itu adalah:
1.      Bahasa,
2.      Sistem Pengetahuan,
3.      Organisasi Sosial,
4.      Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
5.      Sistem Mata Pencaharian Hidup,
6.      Sistem Religi,
7.      Kesenian,
Tiap-tiap, unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan terurai diatas, yaitu wujudnya berupa sistem budaya, beruoa sistem sosial, dan berupa unsur-unsur kebudayaan fisik. Dengan demikian, sistem ekonomi misalnya mempunyai wujud sebagai konsep, rencana, kebijaksanaan, adat-istiadat yang berhubungan dengan ekonomi, tetapi mempunyai wujudnya yang berupa tindakan dan interaksi berpola antara produsen, tengkulak, pedagang, ahli transportasi, pengecer dan konsumen, dan selain itu dalam sistem ekonomi terdapat juga unsur-unsurnya yang berupa peralatan, komoditi, dan benda ekonomi. Demikian juga sistem religi misalnya mempunyai wujud sebgai sistem keyakinan, dan gagasan tentang tuhan, dewa, roh halus, neraka, surga dan sebgainya, tetapi juga mempunyai jug wujud  seperti berupa upacara, baik yang bersifat musiman maupun yang kadangkala, dan selain itu setiap sistem religi juga mempunyai wujud sebagai benda-benda sucu dan benda-benda religius. Contih lain adlah unsur unversal kesenian yang dapat berwujud gagasan, ciptaan pikiran, cerita dan syair yang indah. Namun kesenian, juga dapat berwujud tindakan-tindakan interaksi berpola anatra seniman pencipta, seniman penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton, dan konsumen hasil kesenian; tetapi selain itu semua kesenian juga dapat berupa benda-benda indah, candi, kain tenun yang indah, benda kerajinan dan sebgainya.
Tiap “unsur kebudayaan universal” dapat diperinci ke dalam unsur-unsurnya yang lebih kecil sampai beberapa kali. Dengan mengikuti metode pemerincian dari seorang ahli antropologi bernama R. Linton, maka pemerincian itu akan kita lakukan sampai empat kali. Karena serupa dengan kebudayaan dalam keseluruhan, tiap unsur kebudayaan universal itu juga mempunyai tiga wujud, yaitu wujud sistem budaya, wujud sistem sosial, dan wujud kebudayaan fisik, maka pemerincian dari ketujuh unsur tadi masing-masing harus juga dilakukan dalam ketiga wujud itu.
wujud sistem budaya dari suatu unsur kebudayaan universal berupa adat, dan pada tahap pertamanya adat dapat diperinci kedalam beberapa kompleks budaya, tiap kompleks budaya dapat diperinci lebih lanjut kedalam beberapa tema budaya dan akhirnya pada tahap ketiga tiap tema budaya dapat diperinci ke dalam gagasan.
Serupa dengan itu, sistem sosial dari suatu unsur kebudayaan universal yang berupa aktivitas-aktivitas sosial dapat kita perinci pada tahap ppertamanya ke dalam berbagai kompleks sosial, dan pada tahap kedua, tiap kompleks sosial dapat diperinci lebih khusus ke dala berbbagai pola sosial. Pada tahap ke empat, tiap pola sosial diperinci lebih khusus ke dalam berbagai tindakan.
Ketujuh unsur kebudayaan universal itu masing-masing tentu juga mempunyai wujud fisik, walaupun tidak ada satu wujud fisik untuk keseluruhan dari satu unsur kebudayaan universal. Itulah sebabnya kebudayaan fisik tidak perlu diperinci menurut keempat tahap pemerincian seperi yang dilakukan pada sistem budaya dan sistem sosial. Namun semua unsur kebudayaan fisik sudah tentu secara khusus terdiri dari benda-benda kebudayaan.  
B.            Integrasi Kebudayaan
1.             Metode Holistik
Para ahli antropologi biasanya memakai istilah “holistik” (holistic) untuk menggambarkan metode tinjauan yang mendekati suatu kebudayaan itu sebgai suatu kesatuan yang terintegrasi.
Ilmu antropologi memang  telah mengambangkan beberapa konsep yang dapat dipakai untuk memahami berbagai macam kaitan antara berbagai unsur kecil dalam suatu kebudayaan itu. Para ahli antroplogi tentu sudah sejak lama mengetahui akan adanya integrasi atau adanya jaringan terkait unsur-unsur kebudayaan itu. Namun kesadaran akan perlunya masalah integrasi kebudayaan itu dipelajari secara mendalam, baru setelah tahun 1920 timbul, dan baru sudah waktu itu masalah integrasi menjadi bahan diskusi dalam teori. Pada itu timbul dalam beberapa konsep untuk menganalisis masalah integrasi kebudayaan, yaitu pikiran kolektif, fungsi unsur-unsur kebudayaan, fokus kebudayaan, etos kebudayaan dan kepribadian umum.
2.             Pikiran Kolektif
Akal manusia mempunyai kemampuan untuk menghubung-hubungkan proses-proses rohaniah, seperti: penangkapan pengalaman, rasa, sensasi, kemauan, keinginan, dan lain-lain itu, terjadi dalam organ fisik dari manusia dan khususny berpangkal di otak dan sistem syarafnya. Akal manusia mempunyai kemampuan untuk menghubung-hubungkan proses-proses rohaniah yang primer tadi melalui proses sekunder, menjdai bayang-bayangan; dan jumlah dari semua bayangan tentang suatu hal yang khas, menjadi gagasan. Suatu gagasan berada dalam pikiran seseorang individu, maka disebutnya representation individuelle.
Istila-istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut konsep “pikiran umum” atau “pikiran kolektif” tadi, adalah configuration atau “konfigurasi”. Istilah itu mula-mula dipakai oleh seorang ahli linguistik dan antroplogi, E. Sapir, dalam bukunya The Unconscious Patterning of Behavior in Society (1927) dalam arti yang kurang lebih sama dengan representations collectives dari Durkheim. Namun, istilah configuration ini walaupun banyak dipakai kurang dikembangkan lebih lanjut dalam ilmu antropologi.
C.           Fungsi Unsur-unsur Kebudayaan
Ada beberapa sarjana antropologi lain yang mencoba mencapai pengertian mengenai masalah integrasi kebudayaan dan jaringan berkaitan antara unsur-unsurnya, dengan cara meneliti fungsi unsur-unsur itu. Istilah “fungsi” itu dapat dipakai dalam bahasa sehari-hari maupun dalam bahasa ilmiah dengan arti yang berbeda-beda. Seorang sarjana antropologi, M.E. Spiro, pernah mendapatkan bahwa dalam karangan ilmiah ada tiga cara pemakain kata “fungsi” itu, ialah:
a)             menerangkan “fungsi” itu sebagai hubungan antara suatu hal dengan suatu tujuan tertentu (misalnya mobil mempunyai fungsi sebagai alat untuk mengangkut manusia atau barang dari satu tempat ke tempat yang lain),
b)             menerangkan kaitan antara satu hal dengan hal yan lain (kalau nilai dari satu hal x itu berubah, maka nilai dari suatu hal lain yang ditentukan oleh x tadi, juga berubah),
c)             menerangkan hubungan yeng terjadi antara satu hal dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang terintegrasi (suatu bagian dari suatu organisme yang berubah menyebabkan perubahan dalam seluruh organisme).
“Fungsi” dalam arti pertama selain dalam bahsa ilmiah, juga merupakan salah satu arti dalam bahsa sehari-hari; arti kedua sangat penting dalam ilmu pasti, tetapi juga mempunyai arti dalam ilmu-ilmu sosial, antara lain dalam ilmu antropologi; sedangkan dalam arti dalam ilmu-ilmu sosial, antara lain dalam ilmu antropologi; sedangkan dalam arti ketiga terkandung kesadaran  para sarjana antropolgi akan integrasi kebudayaan itu.[1]
Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
Sistem religi yang meliputi:
1)      sistem kepercayaan
2)      sistem nilai dan pandangan hidup
3)      komunikasi keagamaan
4)      upacara keagamaan
Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi:
1)      kekerabatan
2)      asosiasi dan perkumpulan
3)      sistem kenegaraan
4)      sistem kesatuan hidup
5)      perkumpulan
Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang:
1)      flora dan fauna
2)      waktu, ruang dan bilangan
3)      tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia
Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk:
1)      lisan
2)      tulisan
Kesenian yang meliputi:
1)      seni patung/pahat
2)      relief
3)      lukis dan gambar
4)      rias
5)      vokal
6)      musikbangunan
7)      kesusastraan
8)      drama
Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi:
1)      berburu dan mengumpulkan makanan
2)      bercocok tanam
3)      peternakan
4)      perikanan
5)      perdagangan
Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi:
1)      produksi, distribusi, transportasi
2)      peralatan komunikasi
3)      peralatan konsumsi dalam bentuk wadah
4)      pakaian dan perhiasan
5)      tempat berlindung dan perumahan
6)      senjata[2]
Dari beberapa unsur tersebut penulis mengambil tema tentang sistem mata pencaharian, maka dibawah ini akan penulis menjelaskan mengenai sistem mata pencaharian dan  sistem perlengkapan atau peralatan hidup.

D.            Pengertian sistem mata pencaharian
Sebelum mengenal lebih jauh tentang bagaimana sistem mata pencaharian, alangkah baiknya kalau kita mengenal terlebih dahulu dari segi arti sistem mata pencaharian itu sendiri, berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, sistem mata pencaharian terdiri dari dua unsur kata yaitu:
Sistem:
Pengertian sistem ada tiga yaitu:
1.    Sekelompok bagian (alat, dsb) yang bekerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu ; -urat saraf dalam tubuh-pemerintahan,
2.    Sekelompok dari pendapatan, peristiwa, kepercayaan,dsb. Yang disusun dan diatur baik-baik-filsafat.
3.    Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu;-pengajaran bahasa
Mata Pencaharian:
Berarti, pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan (sumbu atau pokok), pekerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari. Misalnya; pencaharian penduduk desa itu bertani. “Dengan kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan baginya”.[3]
a.             Sistem Mata Pencaharian Tradisional
Perhatian para ahli antropologi pada berbagai macam sistem mata pencaharian atau sisterm ekonomi tradisional yang menekankan pada perhatian terhadap kebdayaan suatu suku bangsa secara holistik. Berbagai macam sistem tersebut yaitu:
a.              Berburu dan meramu
Mata pencaharian berburu dan meramu (hunting and gathering) merupakan suatu mata pencaharian manusia yang paling tua dan sekarang banyak masyarakat yang beralih pada mata pencaharian lain, hanya kurang-lebih setengah juta dari 3000 juta penduduk dunia sekarang atau kira-kira hanya 0,01% saja hidup dari berburu dan meramu. Walaupun suku-suku bangsa berburu dan meramu tinggal sedikit dan sulit didatangi namun para ahli antropologi masih tetap manaruh perhatian terhadap mata pencaharian ini untuk dapat menganalisa asas masyarakat dan kebudayaan manusia secara historikal.Di Indonesia masih ada juga bangsa yang hidup dari meramu, yaitu penduduk rawa-rawa di pantai-pantai Irian Jaya yang hidup dari meramu sagu. Hal-hal yang dianalisis para ahli antropologi pada mata pencaharian ini adalah sumber alam da modal, tenaga kerja, produksi dan teknologi produksi serta konsumsi, distribusi dan pemasaran.

b.             Beternak
Beternak secara tradisional atau pastoralism sebagai suatu mata pancaharian pokok yang dikerjakan dengan cara besar-besaran, pada masa sekarang dilakukan oleh kurang-lebih tujuh juta manuisa, yaitu kira-kira 0.02% dari ke-3000 juta penduduk dunia. Sepanjang sejarah, suku-suku bangsa peternak menunjukan sifat-sifat agresif. Bangsa-bangsa peternak biasanya hidup mengembara sepanjang musim semi dan musim panas dalam wilaynh tertentu yang sangat luas, dimana mereka berkemah dijalan pada malam hari. Dalam hal mempelajari masyarakat peternak, ilmu antrpologi juga menaruh perhatian yang sama seperti mata pencaharian lain yaitu masalah peternakan dan modal, masalah tenaga kerja, ma produksi,dan teknologi produksi dan akhirnya masalah konsumsi, distribusi dan pemasaran hasil peternakan.
c.              Bercocok tanam di ladang
Bercocok tanam di ladang merupakan suatu bentuk mata pencaharian manusia yang lambat laun juga akan hilang, diganti dengan bercocok tanam menetap. Bercocok tanam di ladang sebagian besar dilakukan di daerah-daerah rimba tropik terutama di Asia Tenggara dan Kepulauan Asia Tenggara. Cara bercocok tanam di ladang yaitu membuka sebidang tanah dengan memotong belukar dan menebang pohon-pohon, dahan-dahan dan batang-batang yang jatuh bertebaran dibakar setelah kering; kemudian ladang-ladang yang dibuka itu ditanami dengan pengolahan yang minimum dan tanpa irigasi; sesudah dua atau tiga kali memungut hasilnya, tanah itu ditinggalkan; sebuah ladang baru dibuka dengan cara yang sama; setelah 10-12 tahun, mereka akan kembali ke ladang pertama yang sudah tertutup hutan kembali. Para ahli antropologi menaruh perhatian terhadap masalah tanah dan modal, tenaga kerja, teknologi dan cara-cara produksi serta pemasaran hasil bercocok tanam di ladang.


d.             Menangkap ikan
Disamping berburu dan meramu, menangkap ikan juga merupakan mata pencaharian yang sangat tua. Mata pencaharian ini dilakukan oleh manusia purba yang kebetulan hidup di sekitar sungai danau atau laut telah menggunakan sumber alam yang penting itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut para ahli lebih dari 50% ikan di seluruh dunia hidup dalam kawanan yang meliputi beribu ekor dengan jarak 10-30km dari pantai. Ada laut-laut tertentu yang pantainya menjadi daerah hidup kawanan ikan tertentu, yang berimigrasi menurut musim. Di perairan dekitar pantai Nusantara bagian barat terdapa awanan besar ikan kembung, dan di sekitar pantai Kepulauan Nusantara bagian timur terdapat ikan cakalang. Dalam mempelajari suatu masyarakat yang bermata  pencaharian sebagai nelayan, para antropologi juga menaruh perhatian hal serupa yaitu sumber alam dan modal, tenaga kerja, teknologi produksi, dan konsumsi distribusi dan pemasaran.
e.              Bercocok tanam menetap dengan irigasi
Bercocok tanam menetsap pertama-tama timbul di beberapa daerahyang terletak di derah periran di sungi-sungai besar (karena daerah itu subur tanahnya). Banyak suku bangsa yang melakukan bercocok tanam di ladang dan sekarang mulai berubah menjadi petsni menetap. Perubahn ini terjadi di daerah-daerah berpendududkan padat yangmelebihi kira-kira 500 jiwa tiap km2. Ilmu antropologi yang menaruh perhatian terhadap masalah yang berkaitan dengan mata pencaharian ini adalah tanah dan modal, tenaga kerja, teknologi (masalah organisasi irigasi, pembagian air dan sebagainya), konsumsi, distribusi dan pemasaran. Dari kelima sistem tersebut, seorang ahli antropologi juga hanya memperhatikan sisitem produksi lokalnya termasuk sumber alam, cara pengumpulan modal, cara pengarahan dan pengaturan tenaga kerja, serta teknologi produksi, sistem distribusi di pasar-pasar yang dekat saja, dan proses konsumsinya.[4]
E.            Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia
Peralatan dan perlengkapan hidup manusia antara lain berupa pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata dan alat transportasi. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia juga dipengaruhi oleh keadaan alam di mana mereka tinggal. Manusia banyak memanfaatkan apa yang ada di lingkungannya untuk membuat peralatan dan perlengkapan hidup.
a.              Pakaian
Manusia banyak memanfaatkan tumbuhan dan hewan di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan sandangnya. Seperti bulu domba, bulu burung, kulit buaya ataupun dedaunan. Pada zaman dahulu manusia langsung mengenakan bahanbahan tersebut untuk menutup tubuh. Seiring dengan perkembangan pengetahuan, manusia mengolah terlebih dahulu bahan-bahan alam tersebut menjadi kain. Baru setelah itu dijahit dan dibentuk pakaian. Tidak hanya pakaian, aksesoris lainnya seperti tas, topi ataupun sepatu juga dibuat dari bahan di lingkungan sekitar.
Kondisi alam juga berpengaruh pada ketebalan baju yang dikenakan manusia. Masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan, lebih sering mengenakan baju tebal. Sedangkan masyarakat yang tinggal di daerah kota atau pantai yang panas lebih sering menggunakan baju yang tipis dan mudah menyerap keringat.
b.             Rumah
Tak ubahnya seperti pakaian, manusia dalam membuat rumah juga dipengaruhi oleh kondisi alam. Baik dalam hal bentuknya maupun bahan pembuatannya. Bahkan tempat membangun dan arah pintu rumah juga dipengaruhi kondisi alam. Rumah-rumah di daerah yang jauh dari kota terbuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar. Seperti kayu, bambu dan dedaunan untuk atapnya. Di daerah pantai masyarakatnya membuat rumah panggung agar tidak terkena air laut. Di tempat yang banyak binatang buas juga dibangun rumah panggung. Bentuk atap rumah pun juga demikian. Perhatikan beberapa contoh rumah adat di Indonesia berikut: Jika kita perhatikan bentuk atap beberapa rumah adat hampir sama. Mirip apakah atap-atap tersebut? Sekilas ada yang mirip tanduk. Namun sebenarnya atap rumah-rumah tersebut mirip dengan perahu yang dibalik. Mengapa mirip perahu? Dahulu masyarakat kita terkenal sebagai pelaut yang ulung. Perahu merupakan bagian paling penting dari kehidupan mereka. Karena itu bentuk perahu diabadikan dalam bentuk atap bangunan khas Indonesia. Selain dipengaruhi oleh kondisi alam, pembanguan rumah juga dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat. Di Kalimantan Tengah, orang Dayak membangun desa di pinggir aliran sungai. Mereka percaya bahwa air sungai dari hulu membawa rahmat dari Tuhan. Mereka juga percaya bahwa sungai juga dapat menghanyutkan roh-roh jahat ke muara. Di Bali, masyarakatnya membangun rumah atau desa tidak sembarang tempat. Mereka percaya setiap wilayah di bumi ini mempunyai arti tertentu. Ada tempat yang baik untuk didiami, ada juga yang tidak.
c.              Alat transportasi
Kondisi alam juga berpengaruh pada alat trasportasi yang digunakan manusia. Daerah-daerah yang belum dibangun jalan raya sulit dijangkau dengan kendaraan seperti di kota. Pesawat pun tidak dapat sembarangan bisa memasuki daerah-daerah seperti ini. Pesawat yang digunakan adalah pesawat khusus yang dinamakan pesawat perintis. Di daerah yang berbukit-bukit, masyarakatnya masih banyak menggunakan kuda sebagai alat transportasi. Seperti di daerah Gunung Bromo, Jawa Timur. Di Kalimantan yang masih penuh dengan hutan lebat, namun banyak sungai, transportasi utama mereka adalah transportasi air. Mereka menggunakan berbagai jenis perahu dan rakit untuk segala kebutuhan pengangkutan. Ke sekolah, ke kantor pemerintahan atau ke tempat lainnya mereka gunakan perahu. Sungai juga menjadi jalur untuk mengangkut berbagai hasil bumi. Bahkan pasar pun juga dibuat di atas sungai. Pasar seperti ini dikenal dengan sebutan pasar apung.
d.             Senjata dan alat-alat rumah tangga
Banyak senjata yang digunakan masyarakat dibuat dari bahan yang ada di sekitar mereka. Seperti panah dan tombak. Setelah mengenal logam, masyarakat menempa besi menjadi berbagai macam senjata. Seperti pisau, belati dan pedang. Demikian pula dalam membuat alat-alat rumah tangga. Banyak yang memanfaatkan bahan yang ada di alam. Seperti tanah liat untuk membuat tempayan dan pot bunga. Kayu dan bambu untuk membuat meja, kursi, almari dan perabot rumah tangga lainnya. Daun-daun pun juga dianyam menjadi tikar dan atap rumah.Banyak senjata yang digunakan masyarakat dibuat dari bahan yang ada di sekitar mereka. Seperti panah dan tombak. Setelah mengenal logam, masyarakat menempa besi menjadi berbagai macam senjata. Seperti pisau, belati dan pedang. Demikian pula dalam membuat alat-alat rumah tangga. Banyak yang memanfaatkan bahan yang ada di alam. Seperti tanah liat untuk membuat tempayan dan pot bunga. Kayu dan bambu untuk membuat meja, kursi, almari dan perabot rumah tangga lainnya. Daun-daun pun juga dianyam menjadi tikar dan atap rumah.
e.              Makanan
Apa makanan pokok di daerahmu? Di Indonesia sebagian besar penduduknya makan nasi sebagai makanan pokok. Di beberapa tempat seperti di Papua makanan pokok mereka adalah sagu. Sedangkan di Madura, makanan pokok mereka adalah jagung. Makanan, baik makanan pokok maupun yang lainnya tak lepas dari potensi alam yang ada di setiap daerah. Di daerah-daerah pantai misalnya, ikan laut merupakan menu utama masyarakat yang ada di sana.
f.              Pengetahuan
Manusia dengan akal yang diberikan oleh Tuhan, belajar banyak hal dari alam. Para nelayan memiliki pengetahuan berlayar, menangkap ikan dan membuat garam. Selain itu mereka juga memiiliki pengetahuan tentang rasi bintang dan menggunakannya sebagai petunjuk arah. Rasi bintang juga digunakan para petani untuk mengetahui musim dan menentukan tanaman yang cocok. Petani selain memiliki pengetahuan rasi bintang juga memiliki pengetahuan bercocok tanam dan pengairan. Masyarakat Bali terkenal dengan teknik mengairi sawah yang disebut Subak. Subak merupakan kerja sama membuat saluran air. Dengan cara ini semua petani dapat mengairi sawahnya secara merata. Tidak ada yang merasa dirugikan.
g.             Kesenian
Tidak ada manusia yang tidak menyukai keindahan. Kesenian merupakan segala sesuatu yang indah. Manusia mengungkapkan rasa indah dalam dirinya dalam beraneka bentuk kesenian. Seperti tarian, lagu, lukisan ataupun tulisan. Segala bentuk kesenian tersebut tak lepas dari pengaruh kondisi alam yang ada di sekitar manusia. Sebab kesenian merupakan hasil pengolahan akal pikiran, perasaan yang digabungkan dengan apa yang dilihat manusia di alam. Tak jarang kesenian merupakan bentuk rasa takjub manusia pada keindahan alam ciptaan Tuhan. Di Indonesia hampir setiap daerah memiliki kesenian khas. Sebagai contoh di Aceh terdapat tari Saman dan lagu Bungong Jeumpa. Di Sulawesi terdapat Tari Maengket dan lagu O Ina Nikeke. Di Papua terdapat Tari Sampari dan lagu Apuse. Ada pula bentuk kesenian lain seperti seni patung yang banyak dijumpai di Bali dan seni membatik yang terdapat di Jawa Tengah. Bila kita amati kesenian-kesenian daerah tersebut menggambarkan sifat dan karakter masyarakatnya
h.             Bahasa
Untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain manusia membutuhkan bahasa. Di Indonesia terdapat ratusan bahasa daerah dengan logat yang berbeda-beda pula. Dahulu sebenarnya nenek moyang bangsa Indonesia adalah sama. Tentunya bahasa yang digunakan juga sama. Kemudian mereka menyebar dan menetap di banyak tempat di Nusantara. Nah, karena terhalang oleh alam seperti gunung, laut dan sungai mereka tidak pernah berhubungan lagi. Maka dalam jangka waktu yang cukup lama terbentuklah suku-suku bangsa dengan bahasa daerah yang berbeda satu sama lain. Walaupun demikian, karena berasal dari bahasa induk yang sama kadang kita jumpai kata-kata yang sama di beberapa daerah. Misalnya kata budal, mulih, peken di Bahasa Jawa juga terdapat di Bahasa Bali. Adakalanya dijumpai kata yang sama namun artinya berbeda di daerah lain. Seperti kata “bujur” bagi orang Kalimantan berarti lurus atau garis, tetapi bagi orang Sunda “bujur” artinya pantat. Selain kosakata, pengucapan atau logat di tiap daerah juga berbeda. Hal ini terlihat ketika berbahasa Indonesia. Kata yang sama diucapkan dengan logat yang berbeda-beda oleh orang dari daerah yang berbeda.


i.               Sistem kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan meliputi kelompok atau organisasi, hubungan kekerabatan, peraturan-peraturan dan hukum. Masyarakat untuk maksud tertentu biasanya membentuk kelompok-kelompok atau organisasi tertentu. Organisasi tersebut dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau anggotanya. Misalnya di daerah pedesaan terdapat Koperasi Unit Desa yang mengurus kepentingan dan kebutuhan para petani. Di kampung nelayan terdapat Koperasi Nelayan yang mengurus kepentingan dan kebutuhan para nelayan. Di dalam masyarakat selain terdapat kelompok atau organisasi juga terdapat peraturan-peraturan atau hukum baik tertulis ataupun tidak. Peraturan ini juga tidak lepas dari pengaruh keadaan alam. Sebagai contoh masyarakat Kampung Naga di Jawa Barat melarang siapapun untuk masuk hutan. Apalagi mengambil tumbuhan atau hewan dari hutan itu. Untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat Kampung Naga membuat hutan buatan, yang mereka sebut Leuweng Pajegan. Itulah sebabnya Kampung Naga, selalu asri dan sejuk.[5]
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan diatas, sudah banyak diketahui mengenai sistem mata pencaharian dan sistem perlengkapan atau peralatan hidup, didalam karya ilmiah ini juga akan dibahas mengenai sistem ekonomi yang nantinya, teori ini akan banyak mendukung, dan dapat memberikan informasi yang menunjang penelitian mengenai sistem mata pencaharian masyarakat yang ada dilingkungan IAIN Raden Fatah Palembang.  Dimana sistem mata pencaharian ini juga berkaitan dengan sistem ekonomi, maka dibawah ini akan dipaparkan teori-teori yang menyangkut tentang ekonomi.

F.            Sistem Ekonomi
Permasalahan ekonomi yang sering muncul di masyarakat menyangkut tiga masalah pokok yaitu barang/jasa apa yang akan diproduksi (what), bagaimana cara memproduksinya (how), dan untuk siapa barang/jasa tersebut (for whom). Di dalam mengatasi masalah tersebut diperlukan cara tertentu untuk menjalankan perekonomian negara. Cara tersebut dinamakan sistem ekonomi. Apakah sistem ekonomi tersebut?
a.             Pengertian Sistem Ekonomi
Yang dimaksud sistem ekonomi adalah suatu cara untuk mengatur dan mengorganisasi segala aktivitas ekonomi dalam masyarakat baik yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta berdasarkan prinsip tertentu dalam rangka mencapai kemakmuran atau kesejahteraan.
Menurut Gilarso (1992:486) sistem ekonomi adalah keseluruhan tata cara untuk mengoordinasikan perilaku masyarakat (para konsumen, produsen, pemerintah, bank, dan sebagainya) dalam menjalankan kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, investasi, dan sebagainya) sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan dinamis, dan kekacauan dapat dihindari.
Sedangan Mc Eachern berpendapat bahwa sistem ekonomi dapat diartikan sebagai seperangkat mekanisme dan institusi untuk menjawab pertanyaan apa, bagaimana, dan untuk siapa barang dan jasa diproduksi (what, how, dan for whom).
b.             Macam-macam Sistem Ekonomi
Ada berbagai macam sistem ekonomi di dunia ini yang saling berbeda satu sama lain. Timbulnya berbagai macam sistem ekonomi yang berbeda tersebut dalam suatu negara disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1)              Ada tidaknya campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi.
2)              Sistem pemerintahan yang dianut suatu negara.
3)              Kepemilikan negara terhadap faktor-faktor produksi.
4)              Sumber daya yang ada dalam suatu negara, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang dimiliki.
Dari ke-empat faktor tersebut, timbul lah berbagai macam sistem ekonomi, diantaranya:[6]

1.             Sistem Ekonomi Tradisional
Sistem ekonomi adalah perangkat atau alat yang digunakan untuk menjawab secara tuntas masalah apa, bagaimana, dan untuk siapa barang di produksi. Secara umum sistem ekonomi ada tiga:
Sistem ekonomi terdisional yaitu sistem ekonomi dasar dan masih mengunakan masyarakat yang berpola pada nilai-nilai budaya. Sistem ini ditandai dengan adanya tingkat produktifitas masyarakat yang masih rendah atau didalam mengelolah faktor-faktor produksi masih terbatas, termasuk teknologi produksinya masih sederhana dan diatur menurut kebiasaan turun temurun. Ciri-ciri sistem ekonomi tradisional sebagai berikut.
a)      Tidak adanya pemisahan yang tegas antara rumah tangga produksi dan rumah tangga konsumsi sehinga masih bisa diangap satu kesatuan.
b)      Teknologi yang digunakan masih sangat sederhana (tidak terbebani target)
c)      Tidak terdapat pembagian kerja jika masih sangat sederhana
d)     Tidak adanya hubungan dengan dunia luar sehinga masyarakat sangat statis (sulit berkembang)
e)      Peran masyarakat dalam berusaha masih kurang
f)       Hidupnya terutama dari sektor agraris
Kelebihan Sistem Ekonomi Tradisonal
a)      Tidak terjadinya persaingan
b)      Konflik-konflik tidak terjdi karena semua berjalan sesuai kebiasaan
c)      Cukup aman karena angota masyarakat tidak dibebani dengan target-target yang harus dicapai
d)     Tidak menimbulkan tekanan jiwa (stres bagi masyarakat)
Kekurangan Sistem Ekonomi Tradisional
a)      Masayarakat semata-mata bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan bukan untuk meningkatkan kesejahteraan
b)      Kegiatan ekonomi dilakuakan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak mencari keuntungan
c)      Kecil sekali terjadi perubahan yang dapat megangkat derajat kehidupan masyarakat karena setiap perubahan dibuat tabuh
d)     Tidak memperhitungkan epesiensi pengunaa sumber daya secara maksimal
2.             Sistem Ekonomi Komando
Adapun Ciri-Ciri Dari Sistem Komando Sebagai Berikut
a)      Kegiatan ekonomi (produksi, konsumsi dan distribusi) di atur oleh pemerintah
b)      Kebebasan individu dalam berusaha tidak ada
c)      Kepemilikan alat produksi sepenuhnya pada pemerintah
d)     Kegiatan ekonomi tidak melibatkan masyarakat atau swasta
e)      Harga dan tingkat bunga ditetapkan oleh pemerintah
Sistem Ekonomi Komando Kelebihannya Yaitu :
a)      Pemerintah bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan ekonomi masyarakat
b)      Kebutuhan rakyat terpenuhi secara menyeluruh dan merata karena pendistribusinya di atur pemerintah.
c)      Belum adanya pembagian kerja yang jelas.
d)     Ketergantungan pada sektor pertanian/agraris.
e)      Ikatan tradisi bersifat kekeluargaan sehingga kurang dinamis.
f)       Teknologi produksi sederhana.[7]
3.             Sistem Ekonomi Liberal (Kapitalis)
Sistem ekonomi liberal adalah suatu sistem ekonomi yang menghendaki kebebasan yang seluas-luasnya bagi setiap individu untuk melakukan tindakan ekonomi tanpa campur tangan dari pemerintah. Suatu kondisi di mana pemerintah benar-benar lepas tangan dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam istilah ekonomi disebut laissez-faire. Negara-negara yang menganut sistem ekonomi liberal adalah Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belgia, Irlandia, Swiss, Kanada, dan Indonesia yang pernah menganut sistem ekonomi liberal pada tahun 1950-an. Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Liberal
a)      Diakuinya kebebasan pihak swasta/masyarakat untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi.
b)      Diakuinya kebebasan memiliki barang modal (barang kapital).
c)      Dalam melakukan tindakan ekonomi dilandasi semangat untuk mencari keuntungan sendiri.
Kebaikan Sistem Ekonomi Liberal
a)      Adanya persaingan sehingga mendorong kemajuan usaha.
b)      Campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi kecil sehingga mendorong kesempatan lebih luas bagi pihak swasta.
c)      Produksi didasarkan pada permintaan pasar atau kebutuhan masyarakat.
d)     Pengakuan hak milik oleh negara mendorong semangat usaha masyarakat.
Keburukan Sistem Ekonomi Liberal
a)      Adanya praktik persaingan tidak sehat, yaitu penindasan pihak yang lemah.
b)      Persaingan tidak sehat dapat menimbulkan monopoli yang merugikan masyarakat.
c)      Timbulnya praktik yang tidak jujur yang didasari mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya, sehingga kepentingan umum dikesampingkan.
4.             Sistem Ekonomi Campuran
Sistem ekonomi campuran yaitu suatu sistem ekonomi di mana di satu sisi pemerintah memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk berusaha dalam melakukan kegiatan ekonomi, tetapi disisi lain pemerintah ikut campur tangan dalam perekonomian yang bertujuan menghindari penguasaan secara penuh dari segolongan masyarakat terhadap sumber daya ekonomi. Ciri-ciri sistem ekonomi campuran
a)      Adanya pembatasan pihak swasta oleh negara pada bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
b)      Mekanisme kegiatan ekonomi yang terjadi di pasar adalah campur tangan pemerintah dengan berbagai kebijakan ekonomi.
c)      Hak milik perorangan diakui tetapi penggunaannya tidak boleh merugikan kepentingan umum.


Kebaikan Sistem Ekonomi Campuran
a)      Sektor ekonomi yang dikuasai oleh pemerintah lebih bertujuan untuk kepentingan masayarakat.
b)      Hak individu/swasta diakui dengan jelas.
c)      Harga lebih mudah untuk dikendalikan.
Keburukan sistem ekonomi campuran
a)      Peranan pemerintah lebih berat dibandingkan dengan swasta.
b)      Timbulnya KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam pemerintah karena banyak sektor-sektor produksi yang lebih menguntungkan pihak pemerintah sedangkan sedikit sekali pengawasannya.
5.             Sistem Ekonomi Pancasila
Sistem ekonomi yang dianut negara Indonesia adalah sistem ekonomi Pancasila. Sistem ekonomi Pancasila adalah salah satu tata ekonomi yang dijiwai oleh ideologi Pancasila, yang di dalamnya terkandung makna demokrasi ekonomi yaitu kegiatan ekonomi yang dilakukan berdasarkan usaha bersama berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pimpinan dan pengawasan pemerintah.  Ciri pokok sistem ekonomi Pancasila terdapat pada UUD 1945 Pasal 33, dan GBHN Bab III B No.14. Berikut ini ciri-ciri pokok sistem ekonomi Pancasila.
Pasal 33 Setelah Amandemen 2002
a)      Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
b)      Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
c)      Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
d)     Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
e)      Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
GBHN Bab III B No. 14
Pembangunan ekonomi yang didasarkan kepada demokrasi ekonomi menentukan bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Oleh karenanya maka pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha; sebaliknya dunia usaha perlu memberikan tanggapan terhadap pengarahan dan bimbingan serta penciptaan iklim tersebut dengan kegiatan yang nyata.
c.              Fungsi Sistem Ekonomi
Dari berbagi sistem ekonomi yang ada di dunia ini mempunyai fungsi dalam perekonomian, di antaranya adalah sebagai berikut.
1)      Menyediakan perangsang untuk berproduksi.
2)      Menyediakan cara/metode untuk mengkoordinasi kegiatan individu dalam suatu perekonomian.
3)      Menyediakan mekanisme tertentu agar pembagian hasil produksi di antara anggota masyarakat dapat terlaksana sebagaimana mestinya.
d.                  Kriteria Sistem Ekonomi
            Setiap negara pasti mendambakan pertumbuhan ekonomi yang baik dan stabil. Agar cita-cita tersebut dapat terwujud terdapat kriteria-kriteria yang dimiliki apabila suatu sistem ekonomi dapat dikatakan relatif baik adalah sebagai berikut.[8]
1)      Apakah sistem ekonomi yang bersangkutan memberikan kemungkinan untuk mencapai standar kehidupan yang tinggi?
2)      Apakah memungkinkan bagi suatu pertumbuhan ekonomi yang stabil?
3)      Apakah sistem ekonomi tersebut menghormati kebebasan ekonomi para individu secara wajar?
4)      Apakah sistem perekonomian tersebut memberikan kepastian ekonomi bagi seluruh anggota masyarakat?
5)      Apakah sistem ekonomi tersebut menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang sesuai dengan kebutuhan para konsumen?
6)      Apakah sistem ekonomi tersebut menunjukan adanya pembagian pendapatan yang memadai?
Berdasarkan beberapa teori yang telah dijelaskan diatas, sistem mata pencahariaan yang ada di lingkungan IAIN Raden Fatah Palembang, ini dipengaruhi oleh sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi di wilayah yang berdekatan dengan instansi pendidikan itu sendiri, sehingga ini membuka peluang masyarakat sekitar untuk membuka kos-kosan sebagai mata pencariaan dan juga menunjang kebutuhan ekonomi agar dapat menambah penghasilan dan  memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
Alasan yang menyebabkan masyarakat mendirikan kos-kosan di lingkungan  kampus IAIN Raden Fatah Palembang.
1.             Adanya peluang untuk membuka kos-kosan dikarenakan lingkungan yang berdekatan dengan instansi pendidikan 
2.             Penyebabnya  semakin banyaknya jumlah mahasiswa.
3.             Keinginan masyarakat yang ingin meningkatkan perekoniamiannya atau taraf kehidupannya dengan cara  mendirikan kos-kosan.
4.             Penyebabnya dikarenakan lingkungan atau tempat tinggal yang strategis di sekitar daerah kampus hijau.
Ini berkaitan dengan sistem ekonomi masyarakat yang ada dilingkungan IAIN Raden Fatah Palembang yang kebutuhan hidupnya berbeda-beda, berdasarkan intensitas kegunaan atau menurut tingkatanya. Adapun macam-macam kebutuhan menurut intensitasnya yaitu sebagai berikut:
a.              Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan yang erat  kaitanya dengan kelangsungan hidup manusia contonya: seperti sandang, pangan, dan papan.
b.             Kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan setelah kebutuhan primer kaitanya tidak terlalu erat dengan kelangsungan hidup sehari-hari contohnya mendirikan kos-kosan untuk menambah penghasilan.
c.              Kebutuhan tersier, yaitu kebutuhan yang bersifat kesenangan atau kemewahan contohnya: dari hasil pembayaran sewa kos-kosan sudah menjadi tambahan penghasilan, guna memenuhi kebutuhan hidup yang lebih tinggi lagi.
Kebutuhan menurut sifatnya:
a.              Kebutuhan jasmani yaitu, adanya kaitan erat dengan upaya manusia menutupi atau memperindah jasmani manusia.
b.             Kebutuhan rohani yaitu, berkaitan dengan upaya manusia untuk memenuhi kepuasan jiwa atau batin
Kebutuhan menurut waktu:
a.              Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang dibutuhkan saat ini
b.             Kebutuhan masa depan yaitu kebutuhan yang tidak diperlukan pada saat ini
Kebutuhan menurut subjek:
a.              Kebutuhan individu yaitu, kebutuhan yang diperlukan oleh diri sendiri.
b.             Kebutuhan kolektif kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Keterbatasan sumber daya, kebutuhan manusia dalam faktor produksi sebagai sumber ekonomi
1.             Kelangkaan sumber daya
Dalam masalah sistem mata pencarian sumber daya atau faktor produksi yang digunakan dalam mendirikan kos kosan dikenal empat faktor produksi yaitu:
a.       Tanah yaitu, sifatnya sangatlah terbatas atau menyusut dalam mendirikan kos kosan.
b.      Tenaga kerja, yang dimasudkan disini yaitu orang yang membutuhkan pekerjaan, didalam usaha mendirikan kos-kosan diman disini pemilik kos-kosan itu sendiri yang berperan.
c.       Modal atau kapital yaitu, semua jenis barang yang digunakan untuk menunjang kegiatan  mendirikan kos-kosan atau fasilitas-fasilitas yang harus disediakan oleh pemilik kos-kosan.
d.      Entrepreneurship adalah berperan untuk mengelolah kos-kosan.
Dilihat erat atau keterkaitan antara kebutuhan yaitu ada beberapa kelangkahan yang disebabkan oleh
a.       Sifat yang melekat pada manusia atau internal
1)      Manusia selalu tidak merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki atau yang didapat.
2)      Manusia itu mempunyai  sifat  tamak dan serakah maksudnya yaitu sudah berkehidupan dan berkecukupan masih saja ingin mendirikan kos-kosan.
3)      Ketidak mampuan manusia dalam memproduksi kos kosan yang didirikan.
b.      Kondisi yang disebabkan dari luar atau eksternal
1)      Adanya peluang
2)      Banyaknya mahasiswa
3)      Tempat yang tersedia
4)      Tempat harus sesui dengan keinginan mahasiswa
Kebutuhan manusia tidak terbatas:
Dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
a)             Semakin alami manusia yang selalu merasa kurang semakin banyak sarana yang harus dimiliki, semakin banyak pula kebutuhan yang dirasa kurang terpenuhi.
b)             Semakin tinggi pendapatan, semakin banyak atau bertambahnya kebutuhannya.
c)             Alam tempat manusia berada mendorong manusia untuk bertindak menyesesuaikan diri dengan lingkungannya.
d)            Lingkungan sosial hidup bermasyarakatan sangat mempengaruhi oleh budaya dan keadaan sosial diantara anggota masyarakat.
e)             Kemajuan teknologi informasi semakin banyak pula kebutuhan informasi.[9]



Permasalahan dan  Pembahasan

Sistem Ekonomi & Mata Pencaharian sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip Ekonomi, baik langsung maupun tidak langsung. Baik di sadarai ataupun tidak disadari. Sekarang timbul suatu pertanyaan “siapa sajakah yang sebenarnya memakai Sistem Ekonomi “ apakah hanya digunakan di Masyarakat. Ekonomi diperlukan dalam segala bidang. Bentuk dan organisasi serta tipe kegiatan. Dimana orang-orang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Sebelum mengenal lebih jauh tentang bagaimana sistem mata pencaharian, alangkah baiknya kalau kita mengulas kembali pengertian dari  segi arti sistem mata pencaharian itu sendiri, berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga karangan Poerwandarminta Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu pengajaran bahasa
Mata Pencaharian:
Berarti  pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan (sumbu atau pokok), pekerjaan/ pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari. Misalnya; pencaharian penduduk desa itu bertani. “Dengan kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan baginya”.
Pada masa kehidupan manusia prasejarah yang mempunyai pola pemikiran sangat sederhana dimana kegiatannya sebatas berburu dan meramu makanan, dalam berburu dan meramu inipun ada faktor-faktor yang sangat mempengaruhinya yaitu: faktor iklim, kesuburan tanah, keadaan binatang buruan dan lain sebagainya sebagai pendukung kegiatan mereka. Mata pencaharian tingkat selanjutnya sebagai usaha pemajuan otak manusia adalah bercocok tanam tingkat sederhana.
Di masa ini manusia telah memasuki taraf kehidupan yang lebih baik, dimana pengenalan sistem bercocok tanam tingkat sederhana ini akan sangat mempengaruhi budaya dan peradaban tingkat lanjut karena manusia pada masa ini hidupnya sudah mulai menetap, dengan menempati rumah-rumah yang sudah barang tentu sangat sederhana untuk menunjang kehidupannya. Ada pengaruh lain yang sangat dirasakan akan mengubah struktur dari mata pencaharian itu sendiri yaitu disaat kebutuhan manusia semakin meningkat maka berkaitan dengan penggunaan alat juga akan meningkat pula yang disesuaikan dengan keperluannya. Selain itu pada masa bercocok tanam selanjutnya maka manusia pada zaman itu juga sudah mengenal mata pencaharian sampingan seperti: beternak dan berkebun. Dengan pola pemikiran yang lebih maju, maka manusia mulai berfikir untuk mencari alat penukar barang, artinya apa ? Sesuatu itu menjadi bernilai apabila kita memerlukannya. Kelajutan dari ini maka dikenalkanlah sebuah sistem sebagai penunjangnya yaitu “sistem barter” barang tertentu ditukar dengan barang yang mungkin nilainya bisa lebih besar atau sebaliknya lebih kecil karena kecenderungan dua sisi inilah maka manusia akan kembali memikirkan sistem barter dirasa berat sebelah apabila nilainya tidak sesuai maka kembali berkembang sistem tukar-menukar dengan menggunakan standar uang. Lalu dimana tempat terjadinya tukar-menukar tersebut, pada mulanya masih sebatas individu atau antar individu meningkat dari individu dengan komunitas sampai antar komunitas.
Disinilah maka muncul istilah pasar sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli. Lalu apa kaitannya antara mata pencaharian manusia zaman dahulu dengan manusia zaman sekarang. Ada…kita tidak akan bisa lepas dengan masa dahulu maksudnya disini adalah mata pencaharian yang telah ada itu tidak serta-merta ditinggalkan, tetapi lebih dikembangkan agar semakin maju.
Indonesia adalah Negara Agraris sehingga Persentasi Terbesar Penduduk Berada di Daerah Pedesan sedangkan Persentasi Kecil Tinggal di Daerah Perkotaan dan Sebagian Besar Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Pokoknya adalah Bertani. Seni budaya, sumber daya alam dan sumber daya manusia yang beraneka ragam membuat Indonesia memiliki banyak mata pencaharian. Selain ketiga hal tersebut, letak geografis juga menjadi salah satu faktor banyaknya mata pencaharian di Indonesia. Dari banyaknya mata pencaharian, sektor pertanian lah yang menjadi mata pencaharian terbesar bagi sebagian besar masyarkat Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia menjadi salah satu negara dengan hasil pangan terbesar di dunia, selain itu Indonesia juga dikenal sebagai negara Agraris.
Namun ada beberapa hal yang perlu diwaspadai dalam sektor pertanian yaitu komoditi yang dihasilkan dari sektor ini relatif tidak memiliki nilai tambah yang tinggi, sehingga tidak dapat bersaing dengan-dengan komoditi yang dihasilkan sektor lain (industri misalnya), sehingga sebagian masyarakat Indonesia yang memang bermata pencaharian di sektor pertanian (desa) semakin tertinggal dari rekannya yang bekerja dan memiliki akses di sektor industri (kota). Jika ini tidak segera ditindak lanjuti, maka akan menjadi benarlah teori ketergantungan, bahwa spread effect (kekuatan menyebar) akan selalu lebih kecil dari back-wash effect (mengalirnya sumber daya dari daerah miskin ke daerah kaya).[10]
Nampaknya ini sudah terjadi di Kota Palembang, dimana sektor pertanian hampir terhapuskan, dengan berkembangnya pembangunan dan pesatnya pertumbuhan ekonomi dikota ini, maka peluang mendapat pekerjaan pun semakin terbuka lebar. Disisi lain wilayah yang berdekatan dengan instansi pendidikan sudah sering dilihat di sekitaran kota pelembang, dengan semakin banyaknya para pelajar yang ingin menimba ilmupun, menjadi peluang tersendiri bagi masyarakat sekitar, khususnya diwilayah kampus hijau IAIN Raden Fatah, yang juga memberikan kesempatan bagi masyarakatnya untuk mengembangkan serta meningkatkan taraf perekonomiannya,  dengan mengandalkan tanah yang dimiliki serta perlengkapan lainnya, maka dibuatlah kos-kosan yang menjadi salah satu tombak mata pencaharian masyarakat dilingkungan IAIN Raden Fatah Palembang. 



BAB III
PENUTUP

A.           Simpulan
Sistem mata pencaharian yang ada dilingkungan IAIN Raden Fatah Palembang, dipengaruhi oleh letah wilayahnya yang berdekatan dengan istansi pendidikan seperti IAIN Raden Fatah, ini mengindikasikan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi sistem mata pencaharian masyarakat, yang berada dalam ruang lingkup wilayah tersebut. Ini juga mempengaruhi sistem perekonomian yang ada di dilingkungan IAIN Raden Fatah Palembang itu sendiri, dikarenakan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam menjalankan kehidupannya, dengan adanya indikasi tersebut masyarakat yang hidup berdampingan dengn mahasiswa, berpeluang untuk menambah penghasilan dengan cara memanfaatkan keadaan tersebut. Yaitu dengan membuka bermacam-macam usaha untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa. Berdasarkan pernyataan diatas ini menunjukkan adanya hubungan yang saling menguntungkan antara mahasiswa dan masyarakat sekitar, yang dimana istilah ini dikenal dengan sebutan simbyosis mutualisme.

B.            Saran
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menyadari banyak sekali kekurangan yang harus diperbaiki, maka dari itu penulis menerima sumbangsi sarannya untuk memperbaiki agar karya tulis ini nantinya akan menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Atropologi,  (Jakarta:Rineka Cipta, 2009).
Sukardi, Ekonomi Umum, (akarta: Macanan Jaya Cemerlang, 2009).
Sukwiaty, dkk, Ekonomi Umum, (Jakarta:Yudhistirs, 2007).
http://choirulanamug.blogspot.com/2013/10/tujuh-unsur-kebudayaan-menurut.html, Diakses pada 06 Desember 2014,  pukul 11:54 WIB.


http://4.bp.blogspot.com/Heru-Hermawan/ diakses pada tanggal 06 Desember 2014, pukul 12:25 WIB.

Instrumen Pertanyaan:

Gambar 1.1
Description: C:\Users\XxX\Documents\Ayo-Mulai-Usaha-Rumah-Kos.jpg


1). Responden : Ibu Yenti (pemilik kos-kosan)

Salah satu hasil dari wawancara penelitian dengan pemilik kosan yang bernama Ibu Yenti yang bertempat tinggal di
1.      Apa alasan ibu Yenti mendirikan kos-kosan dikampus hijau ini ?
Jawab : untuk menambah penghasilan dari mahasiswa yang mengekos.
2.      siapa yang menjadi target dalam sewa menyewa kos-kosan ini ?
Jawab : kebanyakan mahasiswa menjadi target.
3.      dimana kos-kosan ini berada  ?
Jawab : letaknya dibelakang fakultas dakwah IAIN Raden Fatah Palembang.
4.      kapan ibu Yenti mendirikan kos-kosan ini ?
Jawab : sejak tahun 2010.
5.      mengapa ibu Yenti memilih kos-kosan sebagai mata pencarian tambahan ?
Jawab : dikarenakan banyak peluang yang ada dikos-kosan jadi saya memilih kos-kosan sebagai mata pencaharian hidup tambahan.
6.      berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa untuk mengekos di tempat ibu ?
jawab : 8 juta pertahun.

2). Responden :Bapak Sutono (Pemilik Kos-kosan)

Salah satu hasil dari wawancara penelitian dengan pemilik kosan yang bernama Bapak Sutono yang bertempat tinggal di Jl. Rawa Jaya 3 No. 449 Rt 08 Rw 02, Kelurahan Pahlawan, Kecamatan Kotamadya, Palembang.
1.    Apa alasan pak Sutono mendirikan kos-kosan ini?
Jawab: Karena letaknya yang dekat dengan kampus UIN ini, dan juga untuk menambah penghasilan.
2.    Siapa saja yang boleh menempati kosan tersebut?
Jawab: Kosan ini lebih dominan ke perempuan,karena perempuan itu harus dijaga baik-baik, layaknya kami sebagai orang tua kedua bagi para pengekos.
3.    Sejak kapan pak Sutono mendirikan kos-kosan ini?
Jawab: Sekitar tahun 1990-an.
4.    Dimana pertama kalinya bapak mendirikan kos-kosan?
Jawab: Pertama kali ya disini, yaitu jalan Rawa Jaya tiga sampai sekarang ini.
5.    Mengapa Bapak lebih memilih mendirikan kosan dari pada usaha yang lain?
Jawab: Karena mendirikan kosan ini mudah, juga setiap tahun menghasilkan.
6.    Bagaimana cara bapak mengelola kosan ini supaya mahasiswa tertarik untuk mengekos?
Jawab: Dengan membuat para pengekos merasa nyaman, kita harus saling membantu, dan dengan menjaga adanya hubungan kekeluargaan, dan saya juga membuka warung kecil-kecilan.

Gambar 1.2
Description: C:\Users\XxX\Documents\index.jpg

Berdasarkan jawaban-jawaban yang telah dilayangkan diatas, maka sistem mata pencaharian dengan memanfaatkan kos-kosan dapat menambah penghasilan si pemilik kosan, yang dimana pemilik kosan juga mempunyai pekerjaan lain disamping menyewakan kos-kosannya. Ini mengindikasikan bahwa, masyarakat memanfaatkan betul peluang yang dimiliki, karena letak tempat tinggal mereka yang berdekatan dengan wilayah kampus, masyarakat melihat kesempatan ini  dengan membuka kos-kosan, maka hasil dari sewa kos-kosan tersebut dapat memuhuhi kebutuhan lainnya dan  dapat menambah pengahasilan disamping penghasilan yang dihasilkan oleh pekerjaan lain.
            Sistem mata pencahariaan masyarakat sekitar tidak hanya terpaku pada kos-kosan saja, melainkan pada pekerjaan lain yang lebih dahulu masyarakat miliki. Sehingga kos-kosan hanya menjadi penambah penghasilan dan sebagai usaha memanfaatkan kesempatan yang ada, karena rumah dan tanahnya yang berdekatan dengan lingkungan IAIN Raden Fatah Palembang, dengan salah satu cara membuka kos-kosan maka masyarakat sekitar mampu memanfaatkan peluang yang tersedia.
Tidak hanya kos-kosan yang merupakah hasil dari pemanfaatan peluang ini, namun masyarakat yang tidak memiliki lahan kos-kosan dan biaya yang cukup untuk membangun kos-kosan, maka masyarakat sekitar  mampu berjualan, untuk memnuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh mahasiswa dalam menjalankan kehidupannya dikota Palembang khususnya mahasiswa IAIN Raden Fatah. Dari hasil itu pula masyarakat yang lain, juga mampu menciptakan mata pencaharian dengan memanfaatkan segala peluang yang diberikan oleh lingkungan sekitar.

3). Responden:  Kurnia Sari (Mahasiswi yang mengekos)

Hasil dari wawancara mahasiswa yang mengekos dengan mahasiswa yang bernama Kurnia Sari yang mengekos di Rawa Jaya 3
1.      apa yang menyebabkan anda mengkost ?
jawab : karena letak rumah yang lumayan jauh dari kampus yang tidak memungkinkan untuk pulang dan pergi
2.      siapa yang mendorong anda untuk mengkos?
jawab : orang tua terutama dan diri sendiri untuk belajar mandiri.
3.      sejak kapan anda mengkos?
jawab : pada bulan 8 tahun 2013 sampai saat ini.
4.      dimana letak anda mengkos?
jawab : di jalan rawa jaya 3 dibelakang kampus IAIN Raden Fatah Palembang.
5.      kenapa anda memilih kos-kosan yang berdekatan dengan kampus ?
jawab :  untuk menghemat biaya
6.      bagaimana pendapat anda tentang fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh kos-kosan anda ?
jawab : menurut saya cukup baik tapi tempat yang disediakan kurang bersih.






Gambar 1.3
Description: C:\Users\XxX\Documents\kontrakan4.jpg

Berdasarkan wawancara diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa wilayah yang berdekatan dengan kampus mendorong mahasiswa lebih memilih kos-kosan yang lebih dekat dengan kampus, dikarenakan dapat menghemat biaya serta dapat menghemat waktu perjalanan, sehingga dapat mengoptimalkan waktu yang dimiliki. Namun permasalahan yang di hadapi mehasiswa dalam memilih kos-kosan ini didasari pada kebersihan lingkungan yang mungkin tidak terlalu mendukung, karena daerah Rawa Jaya sendiri terkenal dengan banyaknya rawa-rawa sehingga kebersihannya kurang diperhatikan, namun fasilitas serta kenyamanan penyewa tergantung dengan biaya yang harus dikeluarkan, ketika mahasiswa mempunyai budget yang cukup, maka akan dapat memilih kos-kosan yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan.  Namun apabila mahasiswa yang perekonomiannya pas-pasan maka kos-kosan juga disesuaikan dengan budget atau biaya yang dimiliki seperti kurangnya fasilitas maupun kekurangan-kekurangan lainnya.



[1] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Atropologi, 2009, (Jakarta:Rineka Cipta), hal(164-173).
[7] Sukwiaty, dkk, Ekonomi Umum, 2007, Jakarta:Yudhistirs, Hal(3-7).
[9] Sukardi, Ekonomi Umum, 2009, Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang, Hal (3-17).

1 komentar:

  1. Salam kenal mbak miftah husaadah.terima kasih karena angat membantu tugas saya.

    BalasHapus