BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dewasa ini kebudyaan merupakan hal
yang sudah mulai luntur di kalangan masyarakat suatu daerah tertentu.
Kebudayaan yang merupan hasil cipta, karsa, dan rasa menurut Koentjaraningrat
(1976:28). Kebudayaan dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan
dari setiap bangsa saling berbeda-beda. Wujud kebudayaan yang jumlahnya cukup
banyak itu terbagi ke dalam beberapa unsur kebudayaan secara universal yang
antara lain adalah sistem kepercayaan (religi), sistem pengetahuan, mata pencaharian, peralatan dan perlengkapan hidup
manusia, sistem kemasyarakatan, bahasa, dan kesenian. Sistem mata pencaharian
serta peralatan dan perlengkapan hidup manusia merupakan wujud kebudayaan yang
mempengaruhi kehidupan
Untuk menunjang kehidupan setiap
masyarakat pasti memiliki mata pencaharian utama, sehingga terdapat kelompok
suku bangsa atau komunitas wilayah tertentu memiliki mata pencaharian yang khas
dibandingkan dengan wilayah lainnya sebagai identitas warganya. Sistem mata
pencaharian hidup merupakan sumber kegiatan ekonomi masyarakatnya dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari untuk melangsungkan kehidupannya. Setiap
manusia wajib memiliki sistem mata pencaharian demi kesejahteraan hidup di
masyarakat serta untuk memiliki kelas atau kedudukan tinggi jika mata
pencahariannya cenderung lebih baik. Namun di satu sisi, suatu wilayah tertentu
masyarakatnya memiliki mata pencaharian yang masih tergolong sederhana dalam
upaya pemenuhan kehidupannya, seperti bertani, berladang, dan beternak atau
budidaya. Selain adanya sistem mata pencaharian pada komunitas masyarakat
tertentu juga terdapat hal-hal turut mendorong atau untuk pemenuhan kebutuhan,
yaitu sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia. Sistem peralatan dan
perlengkapan hidup merupakan media atau sarana untuk mencapai kesejahteraan
hidup dan merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan itu sendiri. Peralatan dan
perlengkapan hidup manusia merupakan hasil dari budaya yang ditemukan sejak
lama atau bahkan turun temurun digunakan oleh suatu masyarakat dan sifatnya ada
yang masih tradisional. Peralatan dan perlengkapan hidup yang masih tradisional
bisa digunakan manusia karena sifat turun temurun untuk melestarikan bentuk,
wujud, estetika (keindahan), dan nilai guna barang atau peralatan tersebut.
Pada suatu daerah tertentu, system
mata pencaharian dan system peralatan atau perlengkapan hidup manusia masih
tergolong tradisional dan dilestarikan karena ditemukan oleh leluhurnya maupun
karena bersifat turun temurun yang sejak lama sudah ada. Di Kota Palembang tepatnya dilingkungan IAIN Raden Fatah. Unsur kebudayaan dari sistem
mata pencaharian dan sistem perlengkapan atau peralatan hidupnya sudah modern
karena, di wilayah kota Palembang
sendiri sudah sangat jarang ditemui sistem pencaharian yang masih tradisioanal,
apalagi di daerah Rawa Jaya maupun daerah lainnya yang berdekatan dengan IAIN
Raden Fatah Palembang. Yang pastinya dengan adanya instansi pendidikan seperti
ini, akan mempengaruhi sistem mata pencaharian masyarakat yang ada dilingkungan
tersebut. Oleh sebab itu penulis tertarik membuat karya ilmiah yang berjudul “ ADA APA DENGAN KOS-KOSAN?: (Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Di Lingkungan
Wilayah IAIN Raden Fatah Palembang” )
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah dampak yang ditimbulkan oleh adanya instansi
pendidikan seperti, IAIN Raden Fatah Palembang terhadap mata pencaharian
masyarakat sekitar?
2.
Kenapa masyarakat memilih mata pencaharian dengan cara
membuka kos-kosan di sekitar wilayah IAIN Raden Fatah Palembang?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi dari dosen
yang bersangkutan,
2.
Mengetahui ruang lingkup Sistem mata pencaharian dan
sistem perlengkapan atau peralatan hidup.
3.
Mengetahui sistem mata pencaharian yang ada di
lingkungan wilayah IAIN Raden Fatah Palembang
D.
Metode dan Teknik Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan, penulis menggunakan metode observasi dan kepustakaan. Adapun
teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Teknik Pengamatan Langsung, Pada
teknik ini penulis terjun langsung meneliti ke lapangan untuk mengetahui
bagaimana proses yang terjadi didalam sistem mata pencahariaan.
2.
Teknik Wawancara, Tujuan
dari teknik wawancara ini adalah agar diperoleh gambaran yang lebih mengenai
kasus yang dibahas. Responden meliputi masyrakat yang mendirkan kos-kosan dan para
mahasiswa.
3.
Studi Pustaka, Pada
metode ini, penulis membaca buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan
penulisan karya ilmiah serta yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
E.
Sistematika Penulisan
Pada karya ilmiah ini, penulis akan
menjelaskan hasil penelitian di lapangan dimulai dengan bab pendahuluan. Bab
ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta
sistematika penulisan. Bab selanjutnya, penulis melakukan penelitian lapangan.
F.
Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis,
diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru tentang, bagaimana bentuk
sistem mata pencaharian di wilayah kampus IAIN Raden Fatah Palembang.
2. Bagi pembaca,
diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang sistem mata pencaharian yang ada
di lingkungan wilayah kampus IAIN Raden Fatah Palembang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Unsur-unsur Kebudayaan
Para sarjana
antropologi yang biasa menanggapi suatu kebudayaan (misalnya kebudayaan
Minangkabau, Kebudayaan Bali, atau kebudayaan Jepang) sebagai suatu keseluruhan
yang terintegrasi, ketika hendak menganalisis membagi keseluruhan itu kedalam
unsur-unsur besar yng disebut “unsur-unsur kebudayaan universal” atau cultural universal. Istilah universal
itu menunjukkan bahwa unsur-unsur tadi bersifat universal, jadi
unsur-unsurbtadi ada dan bisa didapatkan didalma sebuah kebudayaan dari semua
bangsa di mana pun di dunia. Mengenai definisi cultural universal, ada beberapa pandangan yang berbeada diantara
para sarjana antropologi. Berbagai pandangan yang berbeda itu serta alasan
perbedaannya diuraikan oleh C. Kluckhohn dalam sebuah karangan yang berjudul Universal Categories of Culture (1953).
Dengan mengambil sari dari berbagai kerangka tentang unsur-unsur kebudayaan
universal yang disusun oleh beberapa sarjana antrolpologi itu, maka penulis
berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua
bangsa didunia. Ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap
kebudayaan didunia itu adalah:
1. Bahasa,
2. Sistem
Pengetahuan,
3. Organisasi
Sosial,
4. Sistem
Peralatan Hidup dan Teknologi
5. Sistem Mata
Pencaharian Hidup,
6. Sistem
Religi,
7. Kesenian,
Tiap-tiap,
unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud
kebudayaan terurai diatas, yaitu wujudnya berupa sistem budaya, beruoa sistem
sosial, dan berupa unsur-unsur kebudayaan fisik. Dengan demikian, sistem
ekonomi misalnya mempunyai wujud sebagai konsep, rencana, kebijaksanaan, adat-istiadat
yang berhubungan dengan ekonomi, tetapi mempunyai wujudnya yang berupa tindakan
dan interaksi berpola antara produsen, tengkulak, pedagang, ahli transportasi,
pengecer dan konsumen, dan selain itu dalam sistem ekonomi terdapat juga
unsur-unsurnya yang berupa peralatan, komoditi, dan benda ekonomi. Demikian
juga sistem religi misalnya mempunyai wujud sebgai sistem keyakinan, dan
gagasan tentang tuhan, dewa, roh halus, neraka, surga dan sebgainya, tetapi
juga mempunyai jug wujud seperti berupa
upacara, baik yang bersifat musiman maupun yang kadangkala, dan selain itu
setiap sistem religi juga mempunyai wujud sebagai benda-benda sucu dan
benda-benda religius. Contih lain adlah unsur unversal kesenian yang dapat
berwujud gagasan, ciptaan pikiran, cerita dan syair yang indah. Namun kesenian,
juga dapat berwujud tindakan-tindakan interaksi berpola anatra seniman
pencipta, seniman penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton, dan
konsumen hasil kesenian; tetapi selain itu semua kesenian juga dapat berupa
benda-benda indah, candi, kain tenun yang indah, benda kerajinan dan sebgainya.
Tiap “unsur
kebudayaan universal” dapat diperinci ke dalam unsur-unsurnya yang lebih kecil
sampai beberapa kali. Dengan mengikuti metode pemerincian dari seorang ahli
antropologi bernama R. Linton, maka pemerincian itu akan kita lakukan sampai
empat kali. Karena serupa dengan kebudayaan dalam keseluruhan, tiap unsur
kebudayaan universal itu juga mempunyai tiga wujud, yaitu wujud sistem budaya,
wujud sistem sosial, dan wujud kebudayaan fisik, maka pemerincian dari ketujuh
unsur tadi masing-masing harus juga dilakukan dalam ketiga wujud itu.
wujud sistem
budaya dari suatu unsur kebudayaan universal berupa adat, dan pada tahap
pertamanya adat dapat diperinci kedalam beberapa kompleks budaya, tiap kompleks
budaya dapat diperinci lebih lanjut kedalam beberapa tema budaya dan akhirnya
pada tahap ketiga tiap tema budaya dapat diperinci ke dalam gagasan.
Serupa
dengan itu, sistem sosial dari suatu unsur kebudayaan universal yang berupa
aktivitas-aktivitas sosial dapat kita perinci pada tahap ppertamanya ke dalam
berbagai kompleks sosial, dan pada tahap kedua, tiap kompleks sosial dapat
diperinci lebih khusus ke dala berbbagai pola sosial. Pada tahap ke empat, tiap
pola sosial diperinci lebih khusus ke dalam berbagai tindakan.
Ketujuh
unsur kebudayaan universal itu masing-masing tentu juga mempunyai wujud fisik,
walaupun tidak ada satu wujud fisik untuk keseluruhan dari satu unsur
kebudayaan universal. Itulah sebabnya kebudayaan fisik tidak perlu diperinci
menurut keempat tahap pemerincian seperi yang dilakukan pada sistem budaya dan
sistem sosial. Namun semua unsur kebudayaan fisik sudah tentu secara khusus
terdiri dari benda-benda kebudayaan.
B.
Integrasi
Kebudayaan
1.
Metode Holistik
Para ahli antropologi biasanya memakai istilah “holistik” (holistic) untuk menggambarkan metode
tinjauan yang mendekati suatu kebudayaan itu sebgai suatu kesatuan yang
terintegrasi.
Ilmu antropologi memang telah
mengambangkan beberapa konsep yang dapat dipakai untuk memahami berbagai macam
kaitan antara berbagai unsur kecil dalam suatu kebudayaan itu. Para ahli
antroplogi tentu sudah sejak lama mengetahui akan adanya integrasi atau adanya
jaringan terkait unsur-unsur kebudayaan itu. Namun kesadaran akan perlunya
masalah integrasi kebudayaan itu dipelajari secara mendalam, baru setelah tahun
1920 timbul, dan baru sudah waktu itu masalah integrasi menjadi bahan diskusi
dalam teori. Pada itu timbul dalam beberapa konsep untuk menganalisis masalah
integrasi kebudayaan, yaitu pikiran kolektif, fungsi unsur-unsur kebudayaan,
fokus kebudayaan, etos kebudayaan dan kepribadian umum.
2.
Pikiran
Kolektif
Akal manusia mempunyai kemampuan untuk menghubung-hubungkan proses-proses
rohaniah, seperti: penangkapan pengalaman, rasa, sensasi, kemauan, keinginan,
dan lain-lain itu, terjadi dalam organ fisik dari manusia dan khususny
berpangkal di otak dan sistem syarafnya. Akal manusia mempunyai kemampuan untuk
menghubung-hubungkan proses-proses rohaniah yang primer tadi melalui proses
sekunder, menjdai bayang-bayangan; dan jumlah dari semua bayangan tentang suatu
hal yang khas, menjadi gagasan. Suatu gagasan berada dalam pikiran seseorang
individu, maka disebutnya representation
individuelle.
Istila-istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut konsep “pikiran
umum” atau “pikiran kolektif” tadi, adalah configuration
atau “konfigurasi”. Istilah itu mula-mula dipakai oleh seorang ahli linguistik
dan antroplogi, E. Sapir, dalam bukunya The
Unconscious Patterning of Behavior in Society (1927) dalam arti yang kurang
lebih sama dengan representations
collectives dari Durkheim. Namun, istilah configuration ini walaupun banyak dipakai kurang dikembangkan lebih
lanjut dalam ilmu antropologi.
C.
Fungsi
Unsur-unsur Kebudayaan
Ada beberapa sarjana antropologi lain yang mencoba mencapai pengertian
mengenai masalah integrasi kebudayaan dan jaringan berkaitan antara
unsur-unsurnya, dengan cara meneliti fungsi unsur-unsur itu. Istilah “fungsi”
itu dapat dipakai dalam bahasa sehari-hari maupun dalam bahasa ilmiah dengan
arti yang berbeda-beda. Seorang sarjana antropologi, M.E. Spiro, pernah
mendapatkan bahwa dalam karangan ilmiah ada tiga cara pemakain kata “fungsi”
itu, ialah:
a)
menerangkan “fungsi” itu sebagai hubungan antara suatu
hal dengan suatu tujuan tertentu (misalnya mobil mempunyai fungsi sebagai alat
untuk mengangkut manusia atau barang dari satu tempat ke tempat yang lain),
b)
menerangkan kaitan antara satu hal dengan hal yan lain
(kalau nilai dari satu hal x itu berubah, maka nilai dari suatu hal lain yang
ditentukan oleh x tadi, juga berubah),
c)
menerangkan hubungan yeng terjadi antara satu hal
dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang terintegrasi (suatu bagian dari suatu
organisme yang berubah menyebabkan perubahan dalam seluruh organisme).
“Fungsi” dalam arti pertama selain dalam bahsa ilmiah, juga merupakan salah
satu arti dalam bahsa sehari-hari; arti kedua sangat penting dalam ilmu pasti,
tetapi juga mempunyai arti dalam ilmu-ilmu sosial, antara lain dalam ilmu
antropologi; sedangkan dalam arti dalam ilmu-ilmu sosial, antara lain dalam
ilmu antropologi; sedangkan dalam arti ketiga terkandung kesadaran para sarjana antropolgi akan integrasi
kebudayaan itu.[1]
Kebudayaan
umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur
kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua
kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur
kebudayaan universal, yaitu:
Sistem religi yang meliputi:
1) sistem
kepercayaan
2) sistem nilai
dan pandangan hidup
3) komunikasi
keagamaan
4) upacara
keagamaan
Sistem kemasyarakatan atau
organisasi sosial yang meliputi:
1)
kekerabatan
2)
asosiasi dan perkumpulan
3)
sistem kenegaraan
4)
sistem kesatuan hidup
5)
perkumpulan
Sistem pengetahuan meliputi
pengetahuan tentang:
1)
flora dan fauna
2)
waktu, ruang dan bilangan
3)
tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia
Bahasa yaitu alat untuk
berkomunikasi berbentuk:
1)
lisan
2)
tulisan
Kesenian yang meliputi:
1)
seni patung/pahat
2)
relief
3)
lukis dan gambar
4)
rias
5)
vokal
6)
musikbangunan
7)
kesusastraan
8)
drama
Sistem mata pencaharian hidup atau
sistem ekonomi yang meliputi:
1)
berburu dan mengumpulkan makanan
2)
bercocok tanam
3)
peternakan
4)
perikanan
5)
perdagangan
Sistem peralatan hidup atau teknologi
yang meliputi:
1)
produksi, distribusi, transportasi
2)
peralatan komunikasi
3)
peralatan konsumsi dalam bentuk wadah
4)
pakaian dan perhiasan
5)
tempat berlindung dan perumahan
6)
senjata[2]
Dari
beberapa unsur tersebut penulis mengambil tema tentang sistem mata pencaharian,
maka dibawah ini akan penulis menjelaskan mengenai sistem mata pencaharian
dan sistem perlengkapan atau peralatan
hidup.
D.
Pengertian sistem mata
pencaharian
Sebelum mengenal lebih jauh tentang
bagaimana sistem mata pencaharian, alangkah baiknya kalau kita mengenal
terlebih dahulu dari segi arti sistem mata pencaharian itu sendiri, berdasarkan
Kamus Umum Bahasa Indonesia, sistem mata pencaharian terdiri dari dua unsur kata
yaitu:
Sistem:
Pengertian sistem ada tiga yaitu:
1. Sekelompok
bagian (alat, dsb) yang bekerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu ; -urat
saraf dalam tubuh-pemerintahan,
2. Sekelompok
dari pendapatan, peristiwa, kepercayaan,dsb. Yang disusun dan diatur baik-baik-filsafat.
3. Cara
(metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu;-pengajaran bahasa
Mata Pencaharian:
Berarti, pekerjaan yang menjadi
pokok penghidupan (sumbu atau pokok), pekerjaan/pencaharian utama yang
dikerjakan untuk biaya sehari-hari. Misalnya; pencaharian penduduk desa itu bertani.
“Dengan kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh
sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan,
dan menjadi pokok penghidupan baginya”.[3]
a.
Sistem Mata
Pencaharian Tradisional
Perhatian para ahli antropologi pada
berbagai macam sistem mata pencaharian atau sisterm ekonomi tradisional yang
menekankan pada perhatian terhadap kebdayaan suatu suku bangsa secara holistik.
Berbagai macam sistem tersebut yaitu:
a.
Berburu dan meramu
Mata pencaharian berburu dan meramu
(hunting and gathering) merupakan suatu mata pencaharian manusia yang paling
tua dan sekarang banyak masyarakat yang beralih pada mata pencaharian lain,
hanya kurang-lebih setengah juta dari 3000 juta penduduk dunia sekarang atau
kira-kira hanya 0,01% saja hidup dari berburu dan meramu. Walaupun suku-suku
bangsa berburu dan meramu tinggal sedikit dan sulit didatangi namun para ahli
antropologi masih tetap manaruh perhatian terhadap mata pencaharian ini untuk
dapat menganalisa asas masyarakat dan kebudayaan manusia secara historikal.Di
Indonesia masih ada juga bangsa yang hidup dari meramu, yaitu penduduk
rawa-rawa di pantai-pantai Irian Jaya yang hidup dari meramu sagu. Hal-hal yang
dianalisis para ahli antropologi pada mata pencaharian ini adalah sumber alam
da modal, tenaga kerja, produksi dan teknologi produksi serta konsumsi,
distribusi dan pemasaran.
b.
Beternak
Beternak secara tradisional atau
pastoralism sebagai suatu mata pancaharian pokok yang dikerjakan dengan cara
besar-besaran, pada masa sekarang dilakukan oleh kurang-lebih tujuh juta
manuisa, yaitu kira-kira 0.02% dari ke-3000 juta penduduk dunia. Sepanjang
sejarah, suku-suku bangsa peternak menunjukan sifat-sifat agresif.
Bangsa-bangsa peternak biasanya hidup mengembara sepanjang musim semi dan musim
panas dalam wilaynh tertentu yang sangat luas, dimana mereka berkemah dijalan
pada malam hari. Dalam hal mempelajari masyarakat peternak, ilmu antrpologi
juga menaruh perhatian yang sama seperti mata pencaharian lain yaitu masalah
peternakan dan modal, masalah tenaga kerja, ma produksi,dan teknologi produksi
dan akhirnya masalah konsumsi, distribusi dan pemasaran hasil peternakan.
c.
Bercocok tanam di ladang
Bercocok tanam di ladang merupakan
suatu bentuk mata pencaharian manusia yang lambat laun juga akan hilang,
diganti dengan bercocok tanam menetap. Bercocok tanam di ladang sebagian besar
dilakukan di daerah-daerah rimba tropik terutama di Asia Tenggara dan Kepulauan
Asia Tenggara. Cara bercocok tanam di ladang yaitu membuka sebidang tanah
dengan memotong belukar dan menebang pohon-pohon, dahan-dahan dan batang-batang
yang jatuh bertebaran dibakar setelah kering; kemudian ladang-ladang yang
dibuka itu ditanami dengan pengolahan yang minimum dan tanpa irigasi; sesudah
dua atau tiga kali memungut hasilnya, tanah itu ditinggalkan; sebuah ladang
baru dibuka dengan cara yang sama; setelah 10-12 tahun, mereka akan kembali ke
ladang pertama yang sudah tertutup hutan kembali. Para ahli antropologi menaruh
perhatian terhadap masalah tanah dan modal, tenaga kerja, teknologi dan
cara-cara produksi serta pemasaran hasil bercocok tanam di ladang.
d.
Menangkap ikan
Disamping berburu dan meramu,
menangkap ikan juga merupakan mata pencaharian yang sangat tua. Mata
pencaharian ini dilakukan oleh manusia purba yang kebetulan hidup di sekitar
sungai danau atau laut telah menggunakan sumber alam yang penting itu untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut para ahli lebih dari 50% ikan di seluruh
dunia hidup dalam kawanan yang meliputi beribu ekor dengan jarak 10-30km dari
pantai. Ada laut-laut tertentu yang pantainya menjadi daerah hidup kawanan ikan
tertentu, yang berimigrasi menurut musim. Di perairan dekitar pantai Nusantara
bagian barat terdapa awanan besar ikan kembung, dan di sekitar pantai Kepulauan
Nusantara bagian timur terdapat ikan cakalang. Dalam mempelajari suatu
masyarakat yang bermata pencaharian
sebagai nelayan, para antropologi juga menaruh perhatian hal serupa yaitu
sumber alam dan modal, tenaga kerja, teknologi produksi, dan konsumsi
distribusi dan pemasaran.
e.
Bercocok tanam menetap dengan irigasi
Bercocok tanam menetsap pertama-tama
timbul di beberapa daerahyang terletak di derah periran di sungi-sungai besar
(karena daerah itu subur tanahnya). Banyak suku bangsa yang melakukan bercocok
tanam di ladang dan sekarang mulai berubah menjadi petsni menetap. Perubahn ini
terjadi di daerah-daerah berpendududkan padat yangmelebihi kira-kira 500 jiwa
tiap km2. Ilmu antropologi yang menaruh perhatian terhadap masalah
yang berkaitan dengan mata pencaharian ini adalah tanah dan modal, tenaga
kerja, teknologi (masalah organisasi irigasi, pembagian air dan sebagainya),
konsumsi, distribusi dan pemasaran. Dari kelima sistem tersebut, seorang ahli
antropologi juga hanya memperhatikan sisitem produksi lokalnya termasuk sumber
alam, cara pengumpulan modal, cara pengarahan dan pengaturan tenaga kerja,
serta teknologi produksi, sistem distribusi di pasar-pasar yang dekat saja, dan
proses konsumsinya.[4]
E.
Sistem
Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia
Peralatan dan perlengkapan hidup
manusia antara lain berupa pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata
dan alat transportasi. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia juga
dipengaruhi oleh keadaan alam di mana mereka tinggal. Manusia banyak
memanfaatkan apa yang ada di lingkungannya untuk membuat peralatan dan
perlengkapan hidup.
a.
Pakaian
Manusia banyak memanfaatkan tumbuhan
dan hewan di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan sandangnya. Seperti bulu
domba, bulu burung, kulit buaya ataupun dedaunan. Pada zaman dahulu manusia
langsung mengenakan bahanbahan tersebut untuk menutup tubuh. Seiring dengan
perkembangan pengetahuan, manusia mengolah terlebih dahulu bahan-bahan alam
tersebut menjadi kain. Baru setelah itu dijahit dan dibentuk pakaian. Tidak
hanya pakaian, aksesoris lainnya seperti tas, topi ataupun sepatu juga dibuat
dari bahan di lingkungan sekitar.
Kondisi alam juga berpengaruh pada
ketebalan baju yang dikenakan manusia. Masyarakat yang tinggal di daerah
pegunungan, lebih sering mengenakan baju tebal. Sedangkan masyarakat yang
tinggal di daerah kota atau pantai yang panas lebih sering menggunakan baju
yang tipis dan mudah menyerap keringat.
b.
Rumah
Tak ubahnya seperti pakaian, manusia
dalam membuat rumah juga dipengaruhi oleh kondisi alam. Baik dalam hal
bentuknya maupun bahan pembuatannya. Bahkan tempat membangun dan arah pintu
rumah juga dipengaruhi kondisi alam. Rumah-rumah di daerah yang jauh dari kota
terbuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar. Seperti kayu, bambu dan dedaunan
untuk atapnya. Di daerah pantai masyarakatnya membuat rumah panggung agar tidak
terkena air laut. Di tempat yang banyak binatang buas juga dibangun rumah
panggung. Bentuk atap rumah pun juga demikian. Perhatikan beberapa contoh rumah
adat di Indonesia berikut: Jika kita perhatikan bentuk atap beberapa rumah adat
hampir sama. Mirip apakah atap-atap tersebut? Sekilas ada yang mirip tanduk.
Namun sebenarnya atap rumah-rumah tersebut mirip dengan perahu yang dibalik.
Mengapa mirip perahu? Dahulu masyarakat kita terkenal sebagai pelaut yang
ulung. Perahu merupakan bagian paling penting dari kehidupan mereka. Karena itu
bentuk perahu diabadikan dalam bentuk atap bangunan khas Indonesia. Selain
dipengaruhi oleh kondisi alam, pembanguan rumah juga dipengaruhi oleh
kepercayaan masyarakat. Di Kalimantan Tengah, orang Dayak membangun desa di
pinggir aliran sungai. Mereka percaya bahwa air sungai dari hulu membawa rahmat
dari Tuhan. Mereka juga percaya bahwa sungai juga dapat menghanyutkan roh-roh
jahat ke muara. Di Bali, masyarakatnya membangun rumah atau desa tidak
sembarang tempat. Mereka percaya setiap wilayah di bumi ini mempunyai arti
tertentu. Ada tempat yang baik untuk didiami, ada juga yang tidak.
c.
Alat transportasi
Kondisi alam juga berpengaruh pada
alat trasportasi yang digunakan manusia. Daerah-daerah yang belum dibangun
jalan raya sulit dijangkau dengan kendaraan seperti di kota. Pesawat pun tidak
dapat sembarangan bisa memasuki daerah-daerah seperti ini. Pesawat yang
digunakan adalah pesawat khusus yang dinamakan pesawat perintis. Di daerah yang
berbukit-bukit, masyarakatnya masih banyak menggunakan kuda sebagai alat
transportasi. Seperti di daerah Gunung Bromo, Jawa Timur. Di Kalimantan yang
masih penuh dengan hutan lebat, namun banyak sungai, transportasi utama mereka
adalah transportasi air. Mereka menggunakan berbagai jenis perahu dan rakit
untuk segala kebutuhan pengangkutan. Ke sekolah, ke kantor pemerintahan atau ke
tempat lainnya mereka gunakan perahu. Sungai juga menjadi jalur untuk
mengangkut berbagai hasil bumi. Bahkan pasar pun juga dibuat di atas sungai.
Pasar seperti ini dikenal dengan sebutan pasar apung.
d.
Senjata dan alat-alat rumah tangga
Banyak senjata yang digunakan
masyarakat dibuat dari bahan yang ada di sekitar mereka. Seperti panah dan
tombak. Setelah mengenal logam, masyarakat menempa besi menjadi berbagai macam
senjata. Seperti pisau, belati dan pedang. Demikian pula dalam membuat alat-alat
rumah tangga. Banyak yang memanfaatkan bahan yang ada di alam. Seperti tanah
liat untuk membuat tempayan dan pot bunga. Kayu dan bambu untuk membuat meja,
kursi, almari dan perabot rumah tangga lainnya. Daun-daun pun juga dianyam
menjadi tikar dan atap rumah.Banyak senjata yang digunakan masyarakat dibuat
dari bahan yang ada di sekitar mereka. Seperti panah dan tombak. Setelah
mengenal logam, masyarakat menempa besi menjadi berbagai macam senjata. Seperti
pisau, belati dan pedang. Demikian pula dalam membuat alat-alat rumah tangga.
Banyak yang memanfaatkan bahan yang ada di alam. Seperti tanah liat untuk
membuat tempayan dan pot bunga. Kayu dan bambu untuk membuat meja, kursi,
almari dan perabot rumah tangga lainnya. Daun-daun pun juga dianyam menjadi tikar
dan atap rumah.
e.
Makanan
Apa makanan pokok di daerahmu? Di
Indonesia sebagian besar penduduknya makan nasi sebagai makanan pokok. Di
beberapa tempat seperti di Papua makanan pokok mereka adalah sagu. Sedangkan di
Madura, makanan pokok mereka adalah jagung. Makanan, baik makanan pokok maupun
yang lainnya tak lepas dari potensi alam yang ada di setiap daerah. Di
daerah-daerah pantai misalnya, ikan laut merupakan menu utama masyarakat yang
ada di sana.
f.
Pengetahuan
Manusia dengan akal yang diberikan
oleh Tuhan, belajar banyak hal dari alam. Para nelayan memiliki pengetahuan
berlayar, menangkap ikan dan membuat garam. Selain itu mereka juga memiiliki
pengetahuan tentang rasi bintang dan menggunakannya sebagai petunjuk arah. Rasi
bintang juga digunakan para petani untuk mengetahui musim dan menentukan
tanaman yang cocok. Petani selain memiliki pengetahuan rasi bintang juga
memiliki pengetahuan bercocok tanam dan pengairan. Masyarakat Bali terkenal
dengan teknik mengairi sawah yang disebut Subak. Subak merupakan kerja sama
membuat saluran air. Dengan cara ini semua petani dapat mengairi sawahnya
secara merata. Tidak ada yang merasa dirugikan.
g.
Kesenian
Tidak ada manusia yang tidak
menyukai keindahan. Kesenian merupakan segala sesuatu yang indah. Manusia mengungkapkan
rasa indah dalam dirinya dalam beraneka bentuk kesenian. Seperti tarian, lagu,
lukisan ataupun tulisan. Segala bentuk kesenian tersebut tak lepas dari
pengaruh kondisi alam yang ada di sekitar manusia. Sebab kesenian merupakan
hasil pengolahan akal pikiran, perasaan yang digabungkan dengan apa yang
dilihat manusia di alam. Tak jarang kesenian merupakan bentuk rasa takjub
manusia pada keindahan alam ciptaan Tuhan. Di Indonesia hampir setiap daerah
memiliki kesenian khas. Sebagai contoh di Aceh terdapat tari Saman dan lagu
Bungong Jeumpa. Di Sulawesi terdapat Tari Maengket dan lagu O Ina Nikeke. Di
Papua terdapat Tari Sampari dan lagu Apuse. Ada pula bentuk kesenian lain
seperti seni patung yang banyak dijumpai di Bali dan seni membatik yang terdapat
di Jawa Tengah. Bila kita amati kesenian-kesenian daerah tersebut menggambarkan
sifat dan karakter masyarakatnya
h.
Bahasa
Untuk berhubungan dan berkomunikasi
dengan orang lain manusia membutuhkan bahasa. Di Indonesia terdapat ratusan
bahasa daerah dengan logat yang berbeda-beda pula. Dahulu sebenarnya nenek
moyang bangsa Indonesia adalah sama. Tentunya bahasa yang digunakan juga sama.
Kemudian mereka menyebar dan menetap di banyak tempat di Nusantara. Nah, karena
terhalang oleh alam seperti gunung, laut dan sungai mereka tidak pernah
berhubungan lagi. Maka dalam jangka waktu yang cukup lama terbentuklah
suku-suku bangsa dengan bahasa daerah yang berbeda satu sama lain. Walaupun
demikian, karena berasal dari bahasa induk yang sama kadang kita jumpai
kata-kata yang sama di beberapa daerah. Misalnya kata budal, mulih, peken di
Bahasa Jawa juga terdapat di Bahasa Bali. Adakalanya dijumpai kata yang sama
namun artinya berbeda di daerah lain. Seperti kata “bujur” bagi orang
Kalimantan berarti lurus atau garis, tetapi bagi orang Sunda “bujur” artinya
pantat. Selain kosakata, pengucapan atau logat di tiap daerah juga berbeda. Hal
ini terlihat ketika berbahasa Indonesia. Kata yang sama diucapkan dengan logat
yang berbeda-beda oleh orang dari daerah yang berbeda.
i.
Sistem kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan meliputi
kelompok atau organisasi, hubungan kekerabatan, peraturan-peraturan dan hukum.
Masyarakat untuk maksud tertentu biasanya membentuk kelompok-kelompok atau
organisasi tertentu. Organisasi tersebut dibentuk sesuai dengan kebutuhan
masyarakat atau anggotanya. Misalnya di daerah pedesaan terdapat Koperasi Unit
Desa yang mengurus kepentingan dan kebutuhan para petani. Di kampung nelayan
terdapat Koperasi Nelayan yang mengurus kepentingan dan kebutuhan para nelayan.
Di dalam masyarakat selain terdapat kelompok atau organisasi juga terdapat
peraturan-peraturan atau hukum baik tertulis ataupun tidak. Peraturan ini juga
tidak lepas dari pengaruh keadaan alam. Sebagai contoh masyarakat Kampung Naga
di Jawa Barat melarang siapapun untuk masuk hutan. Apalagi mengambil tumbuhan
atau hewan dari hutan itu. Untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat Kampung Naga
membuat hutan buatan, yang mereka sebut Leuweng Pajegan. Itulah sebabnya
Kampung Naga, selalu asri dan sejuk.[5]
Berdasarkan teori yang telah
dipaparkan diatas, sudah banyak diketahui mengenai sistem mata pencaharian dan sistem
perlengkapan atau peralatan hidup, didalam karya ilmiah ini juga akan dibahas
mengenai sistem ekonomi yang nantinya, teori ini akan banyak mendukung, dan
dapat memberikan informasi yang menunjang penelitian mengenai sistem mata
pencaharian masyarakat yang ada dilingkungan IAIN Raden Fatah Palembang. Dimana sistem mata pencaharian ini juga
berkaitan dengan sistem ekonomi, maka dibawah ini akan dipaparkan teori-teori
yang menyangkut tentang ekonomi.
F.
Sistem Ekonomi
Permasalahan
ekonomi yang sering muncul di masyarakat menyangkut tiga masalah pokok yaitu
barang/jasa apa yang akan diproduksi (what), bagaimana cara
memproduksinya (how), dan untuk siapa barang/jasa tersebut (for whom).
Di dalam mengatasi masalah tersebut diperlukan cara tertentu untuk menjalankan perekonomian
negara. Cara tersebut dinamakan sistem ekonomi. Apakah sistem ekonomi tersebut?
a.
Pengertian Sistem Ekonomi
Yang dimaksud sistem ekonomi adalah
suatu cara untuk mengatur dan mengorganisasi segala aktivitas ekonomi dalam
masyarakat baik yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta berdasarkan prinsip
tertentu dalam rangka mencapai kemakmuran atau kesejahteraan.
Menurut Gilarso (1992:486) sistem
ekonomi adalah keseluruhan tata cara untuk mengoordinasikan perilaku masyarakat
(para konsumen, produsen, pemerintah, bank, dan sebagainya) dalam menjalankan
kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, investasi, dan sebagainya)
sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan dinamis, dan kekacauan dapat
dihindari.
Sedangan Mc Eachern berpendapat
bahwa sistem ekonomi dapat diartikan sebagai seperangkat mekanisme dan
institusi untuk menjawab pertanyaan apa, bagaimana, dan untuk siapa barang dan
jasa diproduksi (what, how, dan for whom).
b.
Macam-macam Sistem Ekonomi
Ada berbagai macam sistem ekonomi di
dunia ini yang saling berbeda satu sama lain. Timbulnya berbagai macam sistem
ekonomi yang berbeda tersebut dalam suatu negara disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Ada tidaknya campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi.
2)
Sistem pemerintahan yang dianut suatu negara.
3)
Kepemilikan negara terhadap faktor-faktor produksi.
4)
Sumber daya yang ada dalam suatu negara, baik sumber
daya manusia maupun sumber daya alam yang dimiliki.
Dari ke-empat faktor tersebut,
timbul lah berbagai macam sistem ekonomi, diantaranya:[6]
1.
Sistem
Ekonomi Tradisional
Sistem ekonomi adalah
perangkat atau alat yang digunakan untuk menjawab secara tuntas masalah apa,
bagaimana, dan untuk siapa barang di produksi. Secara umum sistem ekonomi ada
tiga:
Sistem ekonomi
terdisional yaitu sistem ekonomi dasar dan masih mengunakan masyarakat yang
berpola pada nilai-nilai budaya. Sistem ini ditandai dengan adanya tingkat
produktifitas masyarakat yang masih rendah atau didalam mengelolah
faktor-faktor produksi masih terbatas, termasuk teknologi produksinya masih
sederhana dan diatur menurut kebiasaan turun temurun. Ciri-ciri sistem ekonomi
tradisional sebagai berikut.
a)
Tidak adanya pemisahan yang tegas antara
rumah tangga produksi dan rumah tangga konsumsi sehinga masih bisa diangap satu
kesatuan.
b)
Teknologi yang digunakan masih sangat
sederhana (tidak terbebani target)
c)
Tidak terdapat pembagian kerja jika
masih sangat sederhana
d)
Tidak adanya hubungan dengan dunia luar
sehinga masyarakat sangat statis (sulit berkembang)
e)
Peran masyarakat dalam berusaha masih
kurang
f)
Hidupnya terutama dari sektor agraris
Kelebihan
Sistem Ekonomi Tradisonal
a)
Tidak terjadinya persaingan
b)
Konflik-konflik tidak terjdi karena
semua berjalan sesuai kebiasaan
c)
Cukup aman karena angota masyarakat
tidak dibebani dengan target-target yang harus dicapai
d)
Tidak menimbulkan tekanan jiwa (stres
bagi masyarakat)
Kekurangan
Sistem Ekonomi Tradisional
a)
Masayarakat semata-mata bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan bukan untuk meningkatkan kesejahteraan
b)
Kegiatan ekonomi dilakuakan semata-mata
untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak mencari keuntungan
c)
Kecil sekali terjadi perubahan yang
dapat megangkat derajat kehidupan masyarakat karena setiap perubahan dibuat
tabuh
d)
Tidak memperhitungkan epesiensi pengunaa
sumber daya secara maksimal
2.
Sistem
Ekonomi Komando
Adapun
Ciri-Ciri Dari Sistem Komando Sebagai Berikut
a)
Kegiatan ekonomi (produksi, konsumsi dan
distribusi) di atur oleh pemerintah
b)
Kebebasan individu dalam berusaha tidak
ada
c)
Kepemilikan alat produksi sepenuhnya
pada pemerintah
d)
Kegiatan ekonomi tidak melibatkan
masyarakat atau swasta
e)
Harga dan tingkat bunga ditetapkan oleh
pemerintah
Sistem
Ekonomi Komando Kelebihannya Yaitu :
a) Pemerintah
bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan ekonomi masyarakat
b) Kebutuhan
rakyat terpenuhi secara menyeluruh dan merata karena pendistribusinya di atur
pemerintah.
c) Belum adanya
pembagian kerja yang jelas.
d) Ketergantungan
pada sektor pertanian/agraris.
e) Ikatan
tradisi bersifat kekeluargaan sehingga kurang dinamis.
f) Teknologi
produksi sederhana.[7]
3.
Sistem
Ekonomi Liberal (Kapitalis)
Sistem ekonomi liberal adalah suatu
sistem ekonomi yang menghendaki kebebasan yang seluas-luasnya bagi setiap
individu untuk melakukan tindakan ekonomi tanpa campur tangan dari pemerintah.
Suatu kondisi di mana pemerintah benar-benar lepas tangan dalam pengambilan
keputusan ekonomi dalam istilah ekonomi disebut laissez-faire. Negara-negara
yang menganut sistem ekonomi liberal adalah Amerika Serikat, Inggris, Perancis,
Belgia, Irlandia, Swiss, Kanada, dan Indonesia yang pernah menganut sistem
ekonomi liberal pada tahun 1950-an. Ciri-Ciri
Sistem Ekonomi Liberal
a)
Diakuinya kebebasan pihak swasta/masyarakat untuk
melakukan tindakan-tindakan ekonomi.
b)
Diakuinya kebebasan memiliki barang modal (barang
kapital).
c)
Dalam melakukan tindakan ekonomi dilandasi semangat
untuk mencari keuntungan sendiri.
Kebaikan Sistem
Ekonomi Liberal
a) Adanya
persaingan sehingga mendorong kemajuan usaha.
b) Campur
tangan pemerintah dalam bidang ekonomi kecil sehingga mendorong kesempatan
lebih luas bagi pihak swasta.
c) Produksi
didasarkan pada permintaan pasar atau kebutuhan masyarakat.
d) Pengakuan
hak milik oleh negara mendorong semangat usaha masyarakat.
Keburukan Sistem
Ekonomi Liberal
a) Adanya
praktik persaingan tidak sehat, yaitu penindasan pihak yang lemah.
b) Persaingan
tidak sehat dapat menimbulkan monopoli yang merugikan masyarakat.
c) Timbulnya
praktik yang tidak jujur yang didasari mengejar keuntungan yang
sebesar-besarnya, sehingga kepentingan umum dikesampingkan.
4.
Sistem
Ekonomi Campuran
Sistem ekonomi campuran yaitu suatu
sistem ekonomi di mana di satu sisi pemerintah memberikan kebebasan kepada
masyarakat untuk berusaha dalam melakukan kegiatan ekonomi, tetapi disisi lain
pemerintah ikut campur tangan dalam perekonomian yang bertujuan menghindari
penguasaan secara penuh dari segolongan masyarakat terhadap sumber daya
ekonomi. Ciri-ciri sistem ekonomi campuran
a)
Adanya pembatasan pihak swasta oleh negara pada
bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
b)
Mekanisme kegiatan ekonomi yang terjadi di pasar
adalah campur tangan pemerintah dengan berbagai kebijakan ekonomi.
c)
Hak milik perorangan diakui tetapi penggunaannya tidak
boleh merugikan kepentingan umum.
Kebaikan Sistem
Ekonomi Campuran
a) Sektor
ekonomi yang dikuasai oleh pemerintah lebih bertujuan untuk kepentingan
masayarakat.
b) Hak
individu/swasta diakui dengan jelas.
c) Harga lebih
mudah untuk dikendalikan.
Keburukan
sistem ekonomi campuran
a) Peranan
pemerintah lebih berat dibandingkan dengan swasta.
b) Timbulnya
KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam pemerintah karena banyak
sektor-sektor produksi yang lebih menguntungkan pihak pemerintah sedangkan
sedikit sekali pengawasannya.
5.
Sistem
Ekonomi Pancasila
Sistem ekonomi yang dianut negara Indonesia
adalah sistem ekonomi Pancasila. Sistem ekonomi Pancasila adalah salah satu
tata ekonomi yang dijiwai oleh ideologi Pancasila, yang di dalamnya terkandung
makna demokrasi ekonomi yaitu kegiatan ekonomi yang dilakukan berdasarkan usaha
bersama berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh, dan untuk
rakyat di bawah pimpinan dan pengawasan pemerintah. Ciri pokok sistem ekonomi Pancasila terdapat
pada UUD 1945 Pasal 33, dan GBHN Bab III B No.14. Berikut ini ciri-ciri pokok
sistem ekonomi Pancasila.
Pasal 33 Setelah Amandemen 2002
a) Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
b) Cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara.
c) Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
d) Perekonomian
nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
e) Ketentuan
lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
GBHN Bab III B No. 14
Pembangunan ekonomi yang didasarkan
kepada demokrasi ekonomi menentukan bahwa masyarakat harus memegang peranan
aktif dalam kegiatan pembangunan. Oleh karenanya maka pemerintah berkewajiban
memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta
menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha; sebaliknya dunia
usaha perlu memberikan tanggapan terhadap pengarahan dan bimbingan serta
penciptaan iklim tersebut dengan kegiatan yang nyata.
c.
Fungsi Sistem Ekonomi
Dari berbagi
sistem ekonomi yang ada di dunia ini mempunyai fungsi dalam perekonomian, di
antaranya adalah sebagai berikut.
1) Menyediakan
perangsang untuk berproduksi.
2) Menyediakan
cara/metode untuk mengkoordinasi kegiatan individu dalam suatu perekonomian.
3) Menyediakan
mekanisme tertentu agar pembagian hasil produksi di antara anggota masyarakat
dapat terlaksana sebagaimana mestinya.
d.
Kriteria Sistem Ekonomi
Setiap
negara pasti mendambakan pertumbuhan ekonomi yang baik dan stabil. Agar
cita-cita tersebut dapat terwujud terdapat kriteria-kriteria yang dimiliki
apabila suatu sistem ekonomi dapat dikatakan relatif baik adalah sebagai
berikut.[8]
1)
Apakah sistem ekonomi yang bersangkutan memberikan
kemungkinan untuk mencapai standar kehidupan yang tinggi?
2)
Apakah memungkinkan bagi suatu pertumbuhan ekonomi
yang stabil?
3)
Apakah sistem ekonomi tersebut menghormati kebebasan
ekonomi para individu secara wajar?
4)
Apakah sistem perekonomian tersebut memberikan
kepastian ekonomi bagi seluruh anggota masyarakat?
5)
Apakah sistem ekonomi tersebut menghasilkan
barang-barang dan jasa-jasa yang sesuai dengan kebutuhan para konsumen?
6)
Apakah sistem ekonomi tersebut menunjukan adanya
pembagian pendapatan yang memadai?
Berdasarkan beberapa
teori yang telah dijelaskan diatas, sistem mata pencahariaan yang ada di
lingkungan IAIN Raden Fatah Palembang, ini dipengaruhi oleh sistem mata
pencaharian dan sistem ekonomi di wilayah yang berdekatan dengan instansi
pendidikan itu sendiri, sehingga ini membuka peluang masyarakat sekitar untuk
membuka kos-kosan sebagai mata pencariaan dan juga menunjang kebutuhan ekonomi
agar dapat menambah penghasilan dan
memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
Alasan yang menyebabkan
masyarakat mendirikan kos-kosan di lingkungan kampus IAIN Raden Fatah Palembang.
1.
Adanya peluang untuk membuka kos-kosan
dikarenakan lingkungan yang berdekatan dengan instansi pendidikan
2.
Penyebabnya semakin banyaknya jumlah mahasiswa.
3.
Keinginan masyarakat yang ingin
meningkatkan perekoniamiannya atau taraf kehidupannya dengan cara mendirikan kos-kosan.
4.
Penyebabnya dikarenakan lingkungan atau
tempat tinggal yang strategis di sekitar daerah kampus hijau.
Ini
berkaitan dengan sistem ekonomi masyarakat yang ada dilingkungan IAIN Raden
Fatah Palembang yang kebutuhan hidupnya berbeda-beda, berdasarkan intensitas kegunaan
atau menurut tingkatanya. Adapun macam-macam kebutuhan menurut intensitasnya
yaitu sebagai berikut:
a.
Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan yang
erat kaitanya dengan kelangsungan hidup
manusia contonya: seperti sandang, pangan, dan papan.
b.
Kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan
setelah kebutuhan primer kaitanya tidak terlalu erat dengan kelangsungan hidup
sehari-hari contohnya mendirikan kos-kosan untuk menambah penghasilan.
c.
Kebutuhan tersier, yaitu kebutuhan yang
bersifat kesenangan atau kemewahan contohnya: dari hasil pembayaran sewa
kos-kosan sudah menjadi tambahan penghasilan, guna memenuhi kebutuhan hidup
yang lebih tinggi lagi.
Kebutuhan
menurut sifatnya:
a.
Kebutuhan jasmani yaitu, adanya kaitan
erat dengan upaya manusia menutupi atau memperindah jasmani manusia.
b.
Kebutuhan rohani yaitu, berkaitan dengan
upaya manusia untuk memenuhi kepuasan jiwa atau batin
Kebutuhan
menurut waktu:
a.
Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang
dibutuhkan saat ini
b.
Kebutuhan masa depan yaitu kebutuhan yang
tidak diperlukan pada saat ini
Kebutuhan
menurut subjek:
a.
Kebutuhan individu yaitu, kebutuhan yang
diperlukan oleh diri sendiri.
b.
Kebutuhan kolektif kebutuhan yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
Keterbatasan sumber
daya, kebutuhan manusia dalam faktor produksi sebagai sumber ekonomi
1.
Kelangkaan
sumber daya
Dalam masalah sistem
mata pencarian sumber daya atau faktor produksi yang digunakan dalam mendirikan
kos kosan dikenal empat faktor produksi yaitu:
a.
Tanah yaitu, sifatnya sangatlah terbatas
atau menyusut dalam mendirikan kos kosan.
b.
Tenaga kerja, yang dimasudkan disini
yaitu orang yang membutuhkan pekerjaan, didalam usaha mendirikan kos-kosan diman
disini pemilik kos-kosan itu sendiri yang berperan.
c.
Modal atau kapital yaitu, semua jenis
barang yang digunakan untuk menunjang kegiatan
mendirikan kos-kosan atau fasilitas-fasilitas yang harus disediakan oleh
pemilik kos-kosan.
d.
Entrepreneurship adalah berperan untuk
mengelolah kos-kosan.
Dilihat erat atau keterkaitan antara
kebutuhan yaitu ada beberapa kelangkahan yang disebabkan oleh
a. Sifat
yang melekat pada manusia atau internal
1) Manusia
selalu tidak merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki atau yang didapat.
2) Manusia
itu mempunyai sifat tamak dan serakah maksudnya yaitu sudah
berkehidupan dan berkecukupan masih saja ingin mendirikan kos-kosan.
3) Ketidak
mampuan manusia dalam memproduksi kos kosan yang didirikan.
b. Kondisi
yang disebabkan dari luar atau eksternal
1) Adanya
peluang
2) Banyaknya
mahasiswa
3) Tempat
yang tersedia
4) Tempat
harus sesui dengan keinginan mahasiswa
Kebutuhan
manusia tidak terbatas:
Dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
a)
Semakin alami manusia yang selalu merasa
kurang semakin banyak sarana yang harus dimiliki, semakin banyak pula kebutuhan
yang dirasa kurang terpenuhi.
b)
Semakin tinggi pendapatan, semakin
banyak atau bertambahnya kebutuhannya.
c)
Alam tempat manusia berada mendorong
manusia untuk bertindak menyesesuaikan diri dengan lingkungannya.
d)
Lingkungan sosial hidup bermasyarakatan
sangat mempengaruhi oleh budaya dan keadaan sosial diantara anggota masyarakat.
e)
Kemajuan teknologi informasi semakin
banyak pula kebutuhan informasi.[9]
Permasalahan
dan Pembahasan
Sistem Ekonomi & Mata Pencaharian sebetulnya sama usianya
dengan kehidupan manusia, mengapa demikian karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan
sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip Ekonomi, baik langsung
maupun tidak langsung. Baik di sadarai ataupun tidak disadari. Sekarang
timbul suatu pertanyaan “siapa sajakah yang sebenarnya memakai Sistem Ekonomi “
apakah hanya digunakan di Masyarakat. Ekonomi diperlukan dalam segala bidang.
Bentuk dan organisasi serta tipe kegiatan. Dimana orang-orang saling bekerja
sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Sebelum mengenal lebih
jauh tentang bagaimana sistem mata pencaharian, alangkah baiknya kalau kita
mengulas kembali pengertian dari segi
arti sistem mata pencaharian itu sendiri, berdasarkan Kamus Umum Bahasa
Indonesia edisi ketiga karangan Poerwandarminta Cara (metode) yang teratur
untuk melakukan sesuatu pengajaran bahasa
Mata Pencaharian:
Berarti pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan (sumbu
atau pokok), pekerjaan/ pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya
sehari-hari. Misalnya; pencaharian penduduk desa itu bertani. “Dengan
kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok
orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi
pokok penghidupan baginya”.
Pada masa kehidupan manusia prasejarah yang mempunyai pola
pemikiran sangat sederhana dimana kegiatannya sebatas berburu dan meramu
makanan, dalam berburu dan meramu inipun ada faktor-faktor yang sangat mempengaruhinya
yaitu: faktor iklim, kesuburan tanah, keadaan binatang buruan dan lain
sebagainya sebagai pendukung kegiatan mereka. Mata pencaharian tingkat
selanjutnya sebagai usaha pemajuan otak manusia adalah bercocok tanam tingkat
sederhana.
Di masa ini manusia telah memasuki taraf kehidupan yang lebih
baik, dimana pengenalan sistem bercocok tanam tingkat sederhana ini akan sangat
mempengaruhi budaya dan peradaban tingkat lanjut karena manusia pada masa ini
hidupnya sudah mulai menetap, dengan menempati rumah-rumah yang sudah barang
tentu sangat sederhana untuk menunjang kehidupannya. Ada pengaruh lain yang
sangat dirasakan akan mengubah struktur dari mata pencaharian itu sendiri yaitu
disaat kebutuhan manusia semakin meningkat maka berkaitan dengan penggunaan
alat juga akan meningkat pula yang disesuaikan dengan keperluannya. Selain itu
pada masa bercocok tanam selanjutnya maka manusia pada zaman itu juga sudah
mengenal mata pencaharian sampingan seperti: beternak dan berkebun. Dengan pola
pemikiran yang lebih maju, maka manusia mulai berfikir untuk mencari alat
penukar barang, artinya apa ? Sesuatu itu menjadi bernilai apabila kita
memerlukannya. Kelajutan dari ini maka dikenalkanlah sebuah sistem sebagai
penunjangnya yaitu “sistem barter” barang tertentu ditukar dengan barang yang
mungkin nilainya bisa lebih besar atau sebaliknya lebih kecil karena kecenderungan
dua sisi inilah maka manusia akan kembali memikirkan sistem barter dirasa berat
sebelah apabila nilainya tidak sesuai maka kembali berkembang sistem
tukar-menukar dengan menggunakan standar uang. Lalu dimana tempat
terjadinya tukar-menukar tersebut, pada mulanya masih sebatas individu atau
antar individu meningkat dari individu dengan komunitas sampai antar komunitas.
Disinilah maka muncul istilah pasar sebagai tempat bertemunya
penjual dan pembeli. Lalu apa kaitannya antara mata pencaharian manusia
zaman dahulu dengan manusia zaman sekarang. Ada…kita tidak akan bisa lepas
dengan masa dahulu maksudnya disini adalah mata pencaharian yang telah ada itu
tidak serta-merta ditinggalkan, tetapi lebih dikembangkan agar semakin maju.
Indonesia adalah Negara Agraris sehingga Persentasi Terbesar
Penduduk Berada di Daerah Pedesan sedangkan Persentasi Kecil Tinggal di Daerah
Perkotaan dan Sebagian Besar Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Pokoknya
adalah Bertani. Seni budaya, sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
beraneka ragam membuat Indonesia memiliki banyak mata pencaharian. Selain
ketiga hal tersebut, letak geografis juga menjadi salah satu faktor banyaknya
mata pencaharian di Indonesia. Dari banyaknya mata pencaharian, sektor
pertanian lah yang menjadi mata pencaharian terbesar bagi sebagian besar
masyarkat Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia menjadi salah satu
negara dengan hasil pangan terbesar di dunia, selain itu Indonesia juga dikenal
sebagai negara Agraris.
Namun ada beberapa hal yang perlu diwaspadai dalam sektor
pertanian yaitu komoditi yang dihasilkan dari sektor ini relatif tidak memiliki
nilai tambah yang tinggi, sehingga tidak dapat bersaing dengan-dengan komoditi
yang dihasilkan sektor lain (industri misalnya), sehingga sebagian masyarakat
Indonesia yang memang bermata pencaharian di sektor pertanian (desa) semakin
tertinggal dari rekannya yang bekerja dan memiliki akses di sektor industri
(kota). Jika ini tidak segera ditindak lanjuti, maka akan menjadi benarlah
teori ketergantungan, bahwa spread effect (kekuatan menyebar) akan selalu lebih
kecil dari back-wash effect (mengalirnya sumber daya dari daerah miskin ke
daerah kaya).[10]
Nampaknya ini sudah terjadi di Kota Palembang, dimana sektor
pertanian hampir terhapuskan, dengan berkembangnya pembangunan dan pesatnya
pertumbuhan ekonomi dikota ini, maka peluang mendapat pekerjaan pun semakin
terbuka lebar. Disisi lain wilayah yang berdekatan dengan instansi pendidikan
sudah sering dilihat di sekitaran kota pelembang, dengan semakin banyaknya para
pelajar yang ingin menimba ilmupun, menjadi peluang tersendiri bagi masyarakat
sekitar, khususnya diwilayah kampus hijau IAIN Raden Fatah, yang juga
memberikan kesempatan bagi masyarakatnya untuk mengembangkan serta meningkatkan
taraf perekonomiannya, dengan
mengandalkan tanah yang dimiliki serta perlengkapan lainnya, maka dibuatlah
kos-kosan yang menjadi salah satu tombak mata pencaharian masyarakat
dilingkungan IAIN Raden Fatah Palembang.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Sistem mata pencaharian yang ada dilingkungan IAIN Raden
Fatah Palembang, dipengaruhi oleh letah wilayahnya yang berdekatan dengan
istansi pendidikan seperti IAIN Raden Fatah, ini mengindikasikan bahwa
lingkungan sangat mempengaruhi sistem mata pencaharian masyarakat, yang berada
dalam ruang lingkup wilayah tersebut. Ini juga mempengaruhi sistem perekonomian
yang ada di dilingkungan IAIN Raden Fatah Palembang itu sendiri, dikarenakan
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam menjalankan
kehidupannya, dengan adanya indikasi tersebut masyarakat yang hidup
berdampingan dengn mahasiswa, berpeluang untuk menambah penghasilan dengan cara
memanfaatkan keadaan tersebut. Yaitu dengan membuka bermacam-macam usaha untuk
memenuhi kebutuhan mahasiswa. Berdasarkan pernyataan diatas ini menunjukkan adanya
hubungan yang saling menguntungkan antara mahasiswa dan masyarakat sekitar,
yang dimana istilah ini dikenal dengan sebutan simbyosis mutualisme.
B.
Saran
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menyadari banyak
sekali kekurangan yang harus diperbaiki, maka dari itu penulis menerima
sumbangsi sarannya untuk memperbaiki agar karya tulis ini nantinya akan menjadi
lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Atropologi, (Jakarta:Rineka Cipta, 2009).
Sukardi,
Ekonomi Umum, (akarta: Macanan Jaya
Cemerlang, 2009).
Sukwiaty,
dkk, Ekonomi Umum, (Jakarta:Yudhistirs,
2007).
http://choirulanamug.blogspot.com/2013/10/tujuh-unsur-kebudayaan-menurut.html,
Diakses pada 06
Desember 2014, pukul 11:54 WIB.
http://www.zonasiswa.com/2014/07/sistem-ekonomi-pengertian-macam-fungsi.html.
06 Des. 14 puk 12:37.
http://ratuaisyahvriscaananda.wordpress.com/2013/10/08/ilmu-budaya-dasar/,diakses
pada 30 Novembar 2014 pukul, 20 :07 WIB.
http://4.bp.blogspot.com/Heru-Hermawan/
diakses pada tanggal 06 Desember 2014, pukul 12:25 WIB.
Instrumen Pertanyaan:
Gambar 1.1
1). Responden : Ibu Yenti (pemilik kos-kosan)
Salah satu hasil dari wawancara penelitian dengan pemilik
kosan yang bernama Ibu Yenti yang bertempat tinggal di
1. Apa
alasan ibu Yenti mendirikan kos-kosan dikampus hijau ini ?
Jawab : untuk
menambah penghasilan dari mahasiswa yang mengekos.
2. siapa
yang menjadi target dalam sewa menyewa kos-kosan ini ?
Jawab : kebanyakan mahasiswa
menjadi target.
3. dimana
kos-kosan ini berada ?
Jawab : letaknya
dibelakang fakultas dakwah IAIN Raden Fatah Palembang.
4. kapan
ibu Yenti mendirikan kos-kosan ini ?
Jawab : sejak tahun
2010.
5. mengapa
ibu Yenti memilih kos-kosan sebagai mata pencarian tambahan ?
Jawab : dikarenakan
banyak peluang yang ada dikos-kosan jadi saya memilih kos-kosan sebagai mata
pencaharian hidup tambahan.
6. berapa
biaya yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa untuk mengekos di tempat ibu ?
jawab : 8 juta
pertahun.
2). Responden :Bapak Sutono (Pemilik Kos-kosan)
Salah satu hasil dari wawancara penelitian dengan pemilik
kosan yang bernama Bapak Sutono yang
bertempat tinggal di Jl. Rawa Jaya 3 No. 449 Rt 08 Rw 02, Kelurahan Pahlawan,
Kecamatan Kotamadya, Palembang.
1. Apa
alasan pak Sutono mendirikan kos-kosan ini?
Jawab: Karena letaknya
yang dekat dengan kampus UIN ini, dan juga untuk menambah penghasilan.
2. Siapa
saja yang boleh menempati kosan tersebut?
Jawab: Kosan ini
lebih dominan ke perempuan,karena perempuan itu harus dijaga baik-baik,
layaknya kami sebagai orang tua kedua bagi para pengekos.
3. Sejak
kapan pak Sutono mendirikan kos-kosan ini?
Jawab: Sekitar tahun
1990-an.
4. Dimana
pertama kalinya bapak mendirikan kos-kosan?
Jawab: Pertama kali
ya disini, yaitu jalan Rawa Jaya tiga sampai sekarang ini.
5. Mengapa
Bapak lebih memilih mendirikan kosan dari pada usaha yang lain?
Jawab: Karena
mendirikan kosan ini mudah, juga setiap tahun menghasilkan.
6. Bagaimana
cara bapak mengelola kosan ini supaya mahasiswa tertarik untuk mengekos?
Jawab: Dengan
membuat para pengekos merasa nyaman, kita harus saling membantu, dan dengan
menjaga adanya hubungan kekeluargaan, dan saya juga membuka warung
kecil-kecilan.
Gambar 1.2
Berdasarkan jawaban-jawaban yang telah dilayangkan diatas,
maka sistem mata pencaharian dengan memanfaatkan kos-kosan dapat menambah
penghasilan si pemilik kosan, yang dimana pemilik kosan juga mempunyai
pekerjaan lain disamping menyewakan kos-kosannya. Ini mengindikasikan bahwa,
masyarakat memanfaatkan betul peluang yang dimiliki, karena letak tempat
tinggal mereka yang berdekatan dengan wilayah kampus, masyarakat melihat
kesempatan ini dengan membuka kos-kosan,
maka hasil dari sewa kos-kosan tersebut dapat memuhuhi kebutuhan lainnya
dan dapat menambah pengahasilan
disamping penghasilan yang dihasilkan oleh pekerjaan lain.
Sistem
mata pencahariaan masyarakat sekitar tidak hanya terpaku pada kos-kosan saja,
melainkan pada pekerjaan lain yang lebih dahulu masyarakat miliki. Sehingga
kos-kosan hanya menjadi penambah penghasilan dan sebagai usaha memanfaatkan
kesempatan yang ada, karena rumah dan tanahnya yang berdekatan dengan
lingkungan IAIN Raden Fatah Palembang, dengan salah satu cara membuka kos-kosan
maka masyarakat sekitar mampu memanfaatkan peluang yang tersedia.
Tidak hanya kos-kosan yang merupakah hasil dari pemanfaatan
peluang ini, namun masyarakat yang tidak memiliki lahan kos-kosan dan biaya
yang cukup untuk membangun kos-kosan, maka masyarakat sekitar mampu berjualan, untuk memnuhi kebutuhan yang
dibutuhkan oleh mahasiswa dalam menjalankan kehidupannya dikota Palembang
khususnya mahasiswa IAIN Raden Fatah. Dari hasil itu pula masyarakat yang lain,
juga mampu menciptakan mata pencaharian dengan memanfaatkan segala peluang yang
diberikan oleh lingkungan sekitar.
3). Responden: Kurnia Sari
(Mahasiswi yang mengekos)
Hasil dari wawancara mahasiswa yang mengekos dengan mahasiswa
yang bernama Kurnia Sari yang mengekos di Rawa Jaya 3
1. apa
yang menyebabkan anda mengkost ?
jawab : karena letak
rumah yang lumayan jauh dari kampus yang tidak memungkinkan untuk pulang dan
pergi
2. siapa
yang mendorong anda untuk mengkos?
jawab : orang tua
terutama dan diri sendiri untuk belajar mandiri.
3. sejak
kapan anda mengkos?
jawab : pada bulan 8
tahun 2013 sampai saat ini.
4. dimana
letak anda mengkos?
jawab : di jalan
rawa jaya 3 dibelakang kampus IAIN Raden Fatah Palembang.
5. kenapa
anda memilih kos-kosan yang berdekatan dengan kampus ?
jawab : untuk menghemat biaya
6. bagaimana
pendapat anda tentang fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh kos-kosan anda ?
jawab : menurut saya
cukup baik tapi tempat yang disediakan kurang bersih.
Gambar 1.3
Berdasarkan wawancara diatas maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa wilayah yang berdekatan dengan kampus mendorong mahasiswa
lebih memilih kos-kosan yang lebih dekat dengan kampus, dikarenakan dapat
menghemat biaya serta dapat menghemat waktu perjalanan, sehingga dapat
mengoptimalkan waktu yang dimiliki. Namun permasalahan yang di hadapi mehasiswa
dalam memilih kos-kosan ini didasari pada kebersihan lingkungan yang mungkin
tidak terlalu mendukung, karena daerah Rawa Jaya sendiri terkenal dengan
banyaknya rawa-rawa sehingga kebersihannya kurang diperhatikan, namun fasilitas
serta kenyamanan penyewa tergantung dengan biaya yang harus dikeluarkan, ketika
mahasiswa mempunyai budget yang cukup, maka akan dapat memilih kos-kosan yang
sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Namun
apabila mahasiswa yang perekonomiannya pas-pasan maka kos-kosan juga
disesuaikan dengan budget atau biaya yang dimiliki seperti kurangnya fasilitas
maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
[1] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Atropologi, 2009, (Jakarta:Rineka
Cipta), hal(164-173).
[2] http://choirulanamug.blogspot.com/2013/10/tujuh-unsur-kebudayaan-menurut.html 06 Des. 14 pukul. 11:54.
[3]
http://ratuaisyahvriscaananda.wordpress.com/2013/10/08/ilmu-budaya-dasar/
,30 Novembar 2014 pukul, 20 :07 WIB.
[6]
http://www.zonasiswa.com/2014/07/sistem-ekonomi-pengertian-macam-fungsi.html. 06 Des. 14 puk 12:34.
[7]
Sukwiaty, dkk, Ekonomi Umum, 2007, Jakarta:Yudhistirs,
Hal(3-7).
[8]
http://www.zonasiswa.com/2014/07/sistem-ekonomi-pengertian-macam-fungsi.html. 06 Des. 14 puk 12:34.
[9] Sukardi, Ekonomi Umum, 2009, Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang, Hal (3-17).
[10]
http://www.zonasiswa.com/2014/07/sistem-ekonomi-pengertian-macam-fungsi.html. 06 Des. 14 puk 12:34.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar